Asa dan Nostalgia Roemah Martha Tilaar

Mei 04, 2015

Roemah Martha Tilaar, bangunan heritage yang dirawat baik.

Nostalgia hanya beku jika mengacu masa lalu. Ia sekedar menjenguk ragam romantisme dan kadang jika dipandang dari era sekarang, ia adalah bahan asyik untuk perenungan lantas dilupakan karena ia telah tertinggal di masa silam. Ia pun kadang mewujud manis pada  sebuah rumah kenangan, rumah yang dikemas apik semacam museum. Namun, sungguh saya tak menemukannya di Roemah Martha Tilaar (RMT). Malah, rumah berasitektur Indis ini sesungguhnya pintu pemberdayaan masa depan.

Saya jelas tahu siapa si empunya Roemah Martha Tilaar. Siapa yang tidak kenal dengan maestro kecantikan Indonesia: DR (HC) Martha Tilaar? Tak cuma bangsa Indonesia yang kagum pada beliau, tapi seluruh dunia hormat pada tokoh yang berada di balik kesuksesan perusahaan masyhur di bidang industri kecantikan dan pengobatan tradisional Indonesia yang mendunia. Desember 2014, Martha Tilaar pulang kampung ke tempat kelahirannya: Gombong, Kebumen dan meresmikan Roemah Martha Tilaar.

Sejak usia 10 tahun, perempuan yang bernama asli Martha Handana telah diboyong ke Jakarta untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik di ibukota. Tapi, sepuluh tahun hidup di Gombong inilah yang menempa dasar menjadi sosok yang teguh berwirausaha, tetap membumi, mudah bergaul lintas bangsa dan terinspirasi untuk bergiat di bidang kecantikan dan obat tradisional. Martha Tilaar ibaratnya berutang budi untuk membangun kota kelahirannya yang lama tak dikunjunginya.

“Dulu kalau pohon mangga di depan rumahnya berbuah, Bu Martha suka panjat pohon buat dipetik buahnya.  Lalu, jual di depan rumah di pinggir jalan. Bu Martha tak pernah malu jualan mangga begitu.” ungkap Mas Tony pemandu wisata di RMT sambil menunjuk pohon mangga tua di halaman depan.

Martha Tilaar tentu membuka Roemah Martha Tilaar tidak sekedar untuk mengenang sejarah masa silamnya yang menarik. Tak sekedar menjadikannya sebagai museum.  Tahu kampung halamannya Kebumen sesungguhnya punya potensi besar tapi kurang dikembangkan maksimal, Roemah Martha Tilaar didesain sebagai wahana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat Kebumen.

Produk dan nilai-nilai Martha Tilaar Group. Terpampang di paviliun utara.
Kontribusi untuk kampung halaman. Kebumen. 
Dibangun sejak 1920 oleh keluarga Liem. Direnovasi untuk RMT tanpa mengubah keasliannya.
Asrinya halaman depan RMT,

Saya salut dengan Roemah Martha Tilaar yang mengambil inspirasi dari 4 Pilar Martha Tilaar Group yaitu : Beauty Education, Beauty Green, Beauty Culture dan Empowering Woman. RMT menyelenggarakan beragam kegiatan untuk mencakup aspek-aspek pendidikan, pelestarian alam, kepedulian budaya dan pemberdayaan perempuan. Harapannya, RMT bisa dimanfaatkan masyarakat Kebumen untuk berkolaborasi dalam peningkatan kesadaran lingkungan, budaya dan identitas lokal Kebumen.


***

Hadir di Roemah Martha Tilaar adalah sebuah ketakjuban pada bangunan heritage yang terkelola dengan baik. Saya melihat di bangunan depan rumah terpampang menempel di dinding tulisan “1920”. Angka ini semacam ingin berkisah pada saya bahwa bangunan ini berdiri tahun 1920. Adalah keluarga Liem Siaw Lan yang mendirikan rumah megah ini yang berlokasi di Jalan Sempor Lama nomor 28, di kawasan Pecinan kota Gombong.

Pada masanya, Keluarga Liem adalah keluarga Tionghoa kaya di Gombong. Salah satu usahanya adalah peternakan yang memasok daging dan susu ke tangsi Belanda Fort Generaal Cochius yang kini dikenal sebagai Benteng Van der Wijck. Kota Gombong memang dari abad 18 sampai awal abad 20 dikenal sebagai kota kolonial yang menjadi pusat perdagangan dan militer di Jawa bagian selatan. Hadirlah beragam etnis pula yang mendiami Gombong dan menjadikan kota ini cukup berkembang.

Saya dijamu dengan sangat ramah oleh Sigit Asmodiwongso, pengelola Roemah Martha Tilaar. Paska mengisi buku tamu, saya dipandu oleh Tony untuk berkeliling ke RMT.  Meski berada di kota kecil Gombong, pengelolaan Roemah Martha Tilaar atau House of Martha Tilaar begitu profesional.  Saya anggap tidaklah kalah dengan pengelolaan museum di kota-kota besar, semisal House of Sampoerna di Surabaya. Roemah Martha Tilaar ini dikelola oleh Yayasan Warisan Budaya Gombong.

Memasuki bangunan Roemah Martha Tilaar bagi saya ibaratnya seperti menjelajahi cita rasa beragam bangsa. Nuansa Belanda dijumpai pada bentuk bangunan yang kental dengan arsitektur Indis. Aura Tionghoa dijumpai saat masuk ke ruang  Meja Sembayang untuk para leluhur di kawasan ruang Tamu. Suasana Jawa saya nikmati pada beberapa foto keluarga Liem yang berpakaian Jawa dan perabotan-perabotan klasik.

Saya cukup antusias  dengan gambar-gambar yang di dinding-dinding teras depan. Aneka gambar bercerita tentang wajah Roemah Martha Tilaar tempo dulu, suasana Kota Gombong tempo dulu, wisata-wisata di Kebumen, kerajinan di Kebumen dan lain-lain. Di lorong Ruang Tengah, dipajang silsilah sejak buyut dari Tiongkok tinggal di Gombong dan foto-foto jadul keluarga Liem Siaw Lan.   

Teras depan Rumah Utama. Asri nan sejuk dengan sentuhan yang Indis.
Pengunjung termasuk para pelajar antusias melihat altar sembahyang yang lokasinya tak pernah berubah sejak pertama berdiri.
Pemandu sedang menjelaskan silsilah di Keluarga Liem. 
Lantai masih asli. Langsung didatangkan dari Tiongkok. Sesuatu yang masih jarang pada masanya.

Roemah Martha Tilaar menempati tanah berukuran 32 x 54 meter. Terdiri dari Rumah Utama yang diapit dua paviliun di kanan-kirinya. Terdapat dua halaman di bagian depan dan belakang yang ditata sebegitu apiknya di antara pohon-pohon tua dengan taman bunga yang menawan. Rumah utama terdiri dari teras depan, ruang sembahyang, ruang tamu, satu kamar utama, tiga kamar anak dan teras belakang. Menariknya di sekeliling Rumah Utama ditanami aneka tanaman obat sebagai bukti kecintaan Martha Tilaar terhadap  jamu asli Indonesia.

Saya kini berjalan ke arah paviliun di sebelah selatan Rumah Utama. Paviliun ini begitu istimewa bagi Martha Tilaar. Di sinilah keluarga orang tuanya: Yakob Handana dan Liem Bok Lan ini tinggal serta tempat lahir dan tumbuh kembangya Martha Tilaar selama sepuluh tahun. Rumah Utama diperuntukkan kepada pemimpin keluarga  Liem Siaw Lan dan putra tertua Liem Tong Ing. Paviliun satunya ditujukan untuk putra yang lainnya yang kini dikemas fungsinya sebagai ruang pamer produk Martha Tilaar, galeri UMKM Kebumen serta hall kegiatan di RMT.

Memasuki kamar Mak Oco atau dikenal sebagai Pranoto Liem, saya cukup tertarik dengan kisahnya. Perempuan yang menjadi istri kedua Liem Siauw Lan ini adalah guru jamu bagi Martha Tilaar. Sejak kecil, Bu Martha ditanamkan eyangnya pengetahuan tentang tanaman obat tradisional. Diajari pula meronce dengan biji Saga  untuk menghasilkan gelang yang sekaligus bisa jadi sebuah obat serbaguna.

Yang menarik, Mak Oco inilah yang membantu Bu Martha bisa hamil dengan ramuan-ramuan tradisionalnya. Akhirnya, Bu Martha baru melahirkan Wulan Tilaar, putri kandung pertamanya, di usia sudah kepala empat. Ramuan Mak Oco ini diabadikan menjadi Kaplet Wulandari – sesuai nama putrinya – dan diproduksi untuk membantu para perempuan yang susah hamil untuk bisa hamil. Dari hidupnya yang dekat dengan obat tradisional, Mak Oco dikaruniai umur panjang hingga meninggal di usianya 104 tahun.

Salah satu ruang kamar di Rumah Utama. 
Paviliun bagian selatan.
Rupa tanaman Saga yang menjadi inspirasi Bu Martha untuk gemar obat tradisional. 
Salah satu rupa yang kental dengan langgam Frank Lloyd Wright di RMT

Kemenarikan Roemah Martha Tilaar tak berhenti di situ. Perjalanan saya mengulik keindahan RMT selanjutnya takjub pada cerita arsitekturnya.  Sama seperti ketakjuban kehadiran seorang tua pemerhati arsitektur heritage yang bagaikan menemukan permata dalam penelusurannya.

“Ada seorang bapak yang sepuh datang dengan becak, langsung dengan penggaris mengukur salah satu bagian bangunan RMT. Tetiba beliau menangis haru dan sumringah. Katanya, bangunan RMT ini sangat langka di Indonesia dan di Gombonglah,  beliau menemukan sangat terjaga. Sementara di Jakarta, bangunannya sudah rusak hancur. Arsitektur RMT ini berlanggam Frank Lloyd Wright, sang arsitek masyhur dari Amerika Serikat, yang pada masanya sangat langka di Indonesia “ ungkap Pak Sigit

Saya bisa bayangkan, betapa berharganya Roemah Martha Tilaar sebagai pelestarian aset sejarah dan media edukasi bangunan bersejarah. Tak seperti di kota kabupatennya, di Kebumen, bekas pabrik Sari Nabati atau Mexolie yang di masanya menjadi salah satu perusahaan penyulingan minyak sawit terbesar di Indonesia, kini telah tragis riwayat sejarahnya.


***

Roemah Martha Tilaar terletak di jantung kota Gombong. Gombong bagi Kebumen adalah kota terbesar kedua di Kabupaten Kebumen. Namun, Gombong hanyalah sebuah kota kecil jika disimak dalam atlas kota-kota di Indonesia. Dan, Gombong cenderung tidak diperhatikan dalam cerita sejarah di Indonesia. Belum banyak yang mengenal  Gombong yang dulunya dikenal sebagai kota kolonial lokasi pelesiran para tentara-tentara Belanda.

Padahal Gombong menyimpan potensi besar sebagai kota pusaka di Indonesia. Gombong punya tengara benteng Van der Wijck beserta pemukiman Eropa yang masih bisa dikenali hari ini. Gombong memiliki Pecinan yang cukup luas dimana RMT termasuk di dalamnya. Gombong punya jejak-jejak Kerajaan Mataram beserta keturunannya. Gombong punya cerita tentang bermulanya sejarah tentara KNIL di Indonesia. Gombong pun menyimpan cerita masa muda Mantan Presiden RI Orde Baru, Soeharto lengkap dengan kisah asmaranya.

Adalah bagus saat tahu Roemah Martha Tilaar dengan Yayasan Warisan Budaya Gombong juga memiliki program untuk menyiapkan dan mengembangkan Gombong sebagai kota pusaka. Saya senang dengan semangat ini yang menjadi sesuatu sangat dinantikan untuk pengembangan Kebumen kedepannya.

Saya memang sejak dulu mendambakan di kampung halaman saya, Kebumen, punya sebuah kawasan heritage yang menarik untuk dijelajahi. Akhirnya, asa saya itu pun sejalan bersama semangat Roemah Martha Tilaar.  


Catatan
- Informasi selengkapnya terkait Roemah Martha Tilaar bisa diakses di roemahmarthatilaar.org 
- Lokasi Roemah Martha Tilaar di titik koordinat adalah -7.606888, 109.509815


Bagian halaman belakang Roemah Martha Tilaar. Asri. Betah berlama-lama di sini.
Bahan-bahan jamu tradisional di depan kamar Mak Oco. Inspirasi dari guru jamu Bu Martha.
Lorong tengah yang menghubungkan langsung teras depan ke teras belakang. Cantik.
Dihiasi oleh bunga dan tanaman hias. Membuat makin anggun. 
Saat lampu mulai menyala, nuansa Roemah Martha Tilaar makin menawan.,
Menunggu si penunggu.. :D
Mengenalkan obat tradisional dari bahan-bahan alami.
Menatap apa mas? Mengimajinasikan suasana kota lama Gombong. :P

You Might Also Like

11 komentar

  1. Skrg tahu knp yanda betah lama bgt di sana..
    Naksir teras depan rumahnya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoook Yaang, kita nanti kesana pas pulang kampung ke Kebumen.. :D

      Hapus
  2. Wah cantik banget rumahnya plus sejarahnya. Insya Allah akan seterjenal Rumah Sampoerna sehingga Gombong pun jadi daerah tujuan wisata. Amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Bu Evi.. Amiiin.. Silakan dikunjungi Roemah Martha Tilaar dan tempat-tempat menarik lain di Kebumen.. :D

      Hapus
  3. Ini informasi menarik banget, Iqbal! Dan baru tahu ada Roemah Martha Tillar yang dibuka untuk umum. Sebagai pecinta bangunan tua, saya ngiler dan pingin segera ke sana. ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayooook kak, lekaslah angkat ransel dan berkunjunglah ke Kebumen.. :D
      Dibuka untuk umum..
      Di Gombong juga banyak bangunan2 tua lhoo kak.. Asiik Heritage Trail di Gombong.. :D

      Hapus
  4. kereeen.
    baru tau ada rumah ini di gombong :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gombong punya banyak kejutan lain, selain Roemah Martha Tilaar ini lho. Kota pusaka kebanggaan Kebumen..

      Hapus
  5. wahh kita jadi bisa tahu ya mana bahan-bahan obat tradisional..

    BalasHapus
  6. Akhirnya aku cari-cari informasi tentang Rumah Martha Tilaar, dan nemu blogmu Mas iqbal...thanks for sharing, seruuuu dan keren foto dan tulisannya :)

    BalasHapus
  7. Jos gandos mas. Pingin kesana deh

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK