Wae Rebo. Sedap. |
Apapun antusiasme orang ke
Wae Rebo: entah karena ingin takzim
pada mahakarya tradisi Manggarai yang berabad-abad lestari, entah karena ingin menyanjung
pesona kampung terindah yang didekap sayang keabadian hutan yang terhijau, entah
karena ingin melampiaskan impian di salah satu tempat berarsitektur terunik di
dunia, kali ini saya hanya ingin pulang kampung. Ya, pulang ke Wae Rebo untuk bersilaturahmi
kepada keluarga saya, Vitalis Haman.
***
Akhir April 2016, saya saling berkomunikasi dengan Vitalis. Tanya kabar,
tanya kopi, juga tanya Wae Rebo secara umum. Dia juga tanya kabar, tanya
perihal Daffa anak saya, dan pasti, menagih kapan kedatangan saya lagi ke Wae
Rebo. Saya pun menjanjikan di akhir tahun 2017, sepulang saya dari Negeri
Kangguru sekalian mengajak Daffa bertetirah ke Wae Rebo. Oh ya, berkomunikasi
dengan warga Wae Rebo bukan perkara mudah yang bisa dilakukan tiap saat. Jaringan
sinyal seluler yang seadanya hanya bisa didapatkan pada tempat tertentu, dan
waktu tertentu.