Banjaroya, Sentra Durian Menoreh Terbaik

Februari 25, 2013

Durian Menoreh Kuning, Banjaroya. Benar-benar menggairahkan.

Aroma durian begitu menyengat tatkala memasuki Desa Banjaroya. Semilir angin dari pegunungan Menoreh rasanya tepat menyapu wajah. Bau durian merasuk ke hidung kuat-kuat. Menghebatkan gairah menyantap sang raja buah. Perburuan saya pada sentra durian Menoreh terbaik pun menemukan targetnya. Desa Banjaroya, Kec. Kalibawang, Kab. Kulonprogo terkenal sebagai surga bagi pengikram durian.

Sepanjang kanan kiri jalan berderet lapak-lapak penjual. Kebanyakan para ibu yang menjajakan durian. Musim durian adalah berkah besar bagi warga desa yang terletak di pojok utara D.I Yogyakarta, berbatasan langsung Kab. Magelang Jawa Tengah. Banyak kendaraan berplat luar daerah berjejeran di depan lapak-lapak. Pengunjung tampak masyhuk mengulum tiap daging durian. Kurang puas ‘mendem duren’? Beberapa pengunjung memborong pulang durian Menoreh untuk oleh-oleh.

Namun, saya tidak tertarik mencicipi durian di pinggir jalan Kalibawang – Borobudur ini. Saya sedang melaksanakan misi khusus: memburu Durian Menoreh Jambon! Kata teman saya, untuk memperoleh Durian Menoreh Jambon harus ‘blushukan’ ke kampung-kampung. Langsung membeli ke pemilik pohonnya. Saya penasaran dengan keunikan warna jambon dan kelezatan rasa durian yang menjadi salah satu jagoan durian dari Jogja.      

“Untuk bisa mendapatkan Durian Menoreh Jambon, di mana ya, Pak?” tanya saya kepada  lelaki separuh baya di pertigaan Balai Desa Banjaroya.

“Kalau di pinggir jalan susah mas. Sekarang, juga tidak banyak pohonnya“, jawabnya. “Coba mas ke Pohon Induk Durian Jambon punya Bu Kasiyatun. Setelah Balai Desa, belok kanan mas. Terus ada setapak di kiri belok. Lurus hingga jalan naik. Nanti pohonnya ada di kanan setapak, di depan rumah dan ada plang tulisan Pohon Induk Durian Jambon”

Okeeey. Saya langsung tancap gas ke rumah Bu Kasiyatun di Dusun Slanden, Banjaroya. Jalanan kampung begitu sepi. Pepohonan merimbunkan saya dari terik siang. Beberapa pohon durian menyembul tinggi dengan buah-buahnya yang menggoda tapi telah ditali rafia. Begitulah cara pemiliknya untuk memudahkan dipanen. Motor saya pun pas berhenti di depan rumah Bu Kasiyatun. Sebuah pohon besar durian yang berplang tegak menjulang di pojok kiri depan rumahnya.


Lengang. Sepi. Saya langsung mencoba mengetuk pintu rumah. Tapi seorang wanita dengan tiga ekor kucing lucu nan unyu muncul dari balik pintu. Dia perkenalkan nama sebagai ibu Kamsiyatun, setelah saya konfirmasi kebenaran lokasi ini

“Ada durian jambon Bu?” tanya saya to the point.

“Sayang sekali mas, sudah habis buahnya.” sepertinya dia sudah biasa menjawab demikian. 

Tak hanya saya barangkali. Sudah banyak yang kecewa karena jawaban demikian. 

“Kalau berbuah, Durian Jambon memang tidak sebanyak Durian Kuning atau Durian Putih, mas.” Sembari senyum ramahnya mengembang. Dan, kucing-kucingnya juga mengeong. Untuk menghibur diri, saya putuskan bertakzim pada sang pohon.

Penanda Pohon Induk Durian Menoreh Jambon milik Bu Kasiyatun. @iqbal_kautsar
Induk Durian Jambon. Berusia tiga generasi. @iqbal_kautsar
“Dulu pohon ini ditanam oleh buyut saya. Sudah tiga generasi.“ jelas Kasiyatun. Berarti sudah berumur lebih ratusan tahun. Tua tapi tidak terlihat rapuh.

Pohon Durian Jambon ini tidak memiliki banyak percabangan. Batang pokok cukup besar. Rasanya satu orang tidak cukup untuk melingkar memeluk pohon ini. Dan, sebuah plang seng bertuliskan “Pohon Induk Durian Menoreh Jambon”. Lengkap dengan legitimasi sebagai varietas durian unggul nasional berdasarkan SK Mentan No. 317/KPTS/SR.120/5/2007. 

Durian Menoreh Jambon merupakan varietas durian asli lokal Menoreh. Eksistensinya telah terkenal luas di sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Buah Durian jambon dikenal manis menggigit. Dagingnya tebal. Ah, sayangnya saya belum berkesempatan mencicipi kelezatannya. Tapi saya sudah cukup senang. Terhibur oleh pengetahuan tentang muasal Durian Menoreh Jambon yang ‘legendaris’.

“Pas musim durian berikutnya, jangan sampai telat ke sini ya mas!” Kasiyatun memberi secercah harapan. Saya berpamitan kepadanya. Sembari membalas harapan dengan ucapan sampai jumpa.  

Langit Menoreh memang cepat berubah. Selepas siang, mendung lekas menghijab surya. Awan gelap mulai menggumpal. Ia sedang menyiapkan taburan hujan. Ah, saya pun memilih menyerah memburu Durian Menoreh Jambon. Baiklah, belum ‘berjodoh’. Saatnya berpaling pada Durian Menoreh Kuning. Tidak apalah. Kata orang, Durian Menoreh Kuning dari segi rasa lebih ‘nendang’ dan beraroma tajam.

Tibalah saya di Rest Area Kalibawang. Letaknya di pertigaan jalan utama, bercabang ke arah Sendang Sono. Tepat di samping Pasar Bendo. Suasana cukup lengang. Hanya ada spanduk festival Durian Banjaroya beberapa minggu lalu yang masih terpasang. Saya tertarik mencermati peta wisata Desa Banjaroya tepat di pertigaan.

Dan, ketika menoleh ke arah barat saya melihat papan “Induk Durian Menoreh Kuning”. Voila, ide bagus! Sebelum menyantap sang jagoan, Durian Menoreh Kuning, rasanya lebih elok ‘bersilaturahmi’ kepada sang pohon induk. Barangkali beruntung, juga bisa mendapatkan Durian Kuning dari pohon babonnya. Tapi, sang pemilik, Pak Sukidal, sedang tak ada di rumah. Okeey, langsung saja ke sang pohon. Persis di sebelah barat Pasar Bendo atau Rest Area Kalibawang.   

Sebuah pohon besar menjulang kekar. Berdiri tegak yang sepertinya telah berusia melintas beberapa generasi. Inilah Pohon Induk Durian Menoreh Kuning. Lengkap dengan plang atribut penetapan sebagai varietas durian unggul. Tidak hanya satu, ada tiga plang. Salah satunya, adalah dari Kementerian Pertanian RI melalui SK Mentan No. 316/KPTS/SR.120/5/2007.

Batang pokok pohon induk Durian Kuning lebih besar daripada saudaranya, pohon induk Durian Jambon. Percabangannya lebih banyak. Daun-daunnya lebar. Maka, pohon Durian Kuning ini lebih rimbun. Dan, paling menyenangkan adalah pohon sepuh ini masih berbuah. Masih banyak buah durian yang menggelantung pada batang dan dahannya. Beberapa buah tampak besar yang telah diikat rafia. Ah, ini benar-benar sangat menggoda!

Pohon induk Durian Menoreh terunggul. Durian Menoreh Kuning. @iqbal_kautsar

Pohon induk Durian Kuning. Besar dan kekar. @iqbal_kautsar
Saya pun mesti segera mendapatkan Durian Menoreh Kuning. Untungnya, di Banjaroya, Durian Kuning tidak susah didapatkan. Karena jenis ini memang khas daerah ini. Kebanyakan durian asal Banjaroya adalah berwarna kuning. 

Pertanyaannya, di manakah saya akan membeli Durian Kuning? Sepertinya membeli di pinggir jalan, bukan pilihan yang saya ambil. Saya mencoba ke daerah atas Banjaroya. Menyisir lereng atas Menoreh ke arah Kajoran, tempat pembibitan durian.


Namun, rintik gerimis datang tak diundang. Langit tak lagi bisa menahan tangisan. Sebuah rumah yang belum berlapis semen, masih berbatu bata, menjadi persinggahan. Masuk wilayah Dusun Kempong, Banjaroya. 

Pas sekali! Tempat ini tersedia banyak durian. Beraneka ragam, dari yang kecil hingga yang jumbo. Mobil kepolisian dari wilayah Kab. Bantul terparkir bersama beberapa motor pengunjung. Mereka sedang menyantap durian dengan nikmatnya.    

“Bu, ada Durian Jambon?” saya masih mendamba Durian Jambon. Tanpa mengiyakan, sang penjual, Bu Lemper, masuk ke dalam dan segera keluar membawa sebuah durian berukuran sedang.

“Ini biasanya yang dicari orang luar daerah. Segini 40 ribu. Mahal tapi istimewa rasanya. Dijamin!“ ibu muda berambut cepak seraya membandingkan durian lain yang dijajakan di depan rumah. “Kalau yang besar ini 30 ribu, rasanya juga manis tapi biasa.”

Saya mencoba memegang durian ‘mahal’. Dilihat, duri-durinya berjajar rapi. Warnanya kuning menawan nan menggoda. Bentuknya oval tapi memipih di bagian bawah. Ketika ditaruh, durian ini bisa tegak berdiri. Saya ciumi ke sekujur tubuhnya. Harum tanda matang sempurna. Ditepuk-tepuk terasa berisi padat. Imajinasi saya mengembara pada durian kualitas terbaik.

“Ini tadinya jenis Durian Jambon. Tapi, sekarang daging buahnya berwarna kuning.” jelas Bu Lemper. “Tidak tahu kenapa bisa begitu. Soalnya banyak pula pohon durian jambon di Banjaroya, sekarang berubah Durian Kuning.”

Alhamdulillah Gusti Allah! Ternyata apa yang saya buru, bisa didapatkan di sini. Malah, suatu rejeki. Satu buah yang merangkum dua jenis berbeda. Dua jenis durian berkualitas unggul nasional yang berasal dari Bumi Menoreh. Baiklah, saya ambil durian ini.

“Belah duren, bu! Tapi 35 ribu yah”

“Okaaaay, buat mas nya gak papa deh. Doakan semoga rizki saya lancar.”

Durian yang dijual Bu Lemper. Mulai Rp 15ribu. @iqbal_kautsar
Durian Menoreh Kuning yang dulunya adalah Durian Menoreh Jambon. @iqbal_kautsar
Kuningnya begitu menggoda. Seperti mentega. Rasanya legit luar biasa. @iqbal_kautsar

Saya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Belahan tubuhnya dibuka. Dilihat saja, sangat mengundang gairah. Cantik mempesona. Benar. Kuning keemasan kulit daging buahnya terpancar. Semerbak wangi durian langsung menusuk hidung. Menguar. Siapa yang tahan hanya dengan memandang? Ah, saya tak tahan lagi. Segeralah saya mencumbu daging buah durian menoreh ini. Dan, lekas melahap dan mengulumnya.

Lidah saya langsung terpikat pada rasa manis dan legitnya. Di hidung, aroma buah begitu tajam membuat saya kepayang. Lebih sempurna, daging buah durian ini tebal, tak berserat, dan kesat. Halus seperti mentega. Untuk dikulum juga nikmat karena mudah dipisahkan dari biji. 

Satu belahan pasti tak akan cukup. Rasanya tak rela berbagi dengan kawan saya yang juga ‘mendem’ durian. Saya ingin melumat seluruh durian ini seolah hanya untuk saya. Ah, sayangnya dia tak mau kalah. Akhirnya, kompetisi makan durian pun tak terelakkan. Tak terasa. Satu buah durian habis dalam hitungan menit.

Tapi, sebutir buah ini berdampak kuat. Perut kenyang dan kepala terasa ‘kliyeng-kliyeng’. Mata memberat. “Lho, kok jadi ngantuk?”. Bu Lemper menyajikan segelas air putih. Syukurlah, air putih langsung mengguyur kerongkongan. Cukup mampu menetralkan kantuk. Setidaknya menunda kantuk selama satu jam untuk pulang ke Jogja.

Ingin rasanya untuk menambah satu durian lagi. Ah, saya mesti tahu diri. Sebuah durian Menoreh istimewa ini begitu keras ‘nendang’. Saya langsung takluk dalam ronde pertama. Tiba-tiba sebuah mobil polisi datang. Kali ini dari wilayah Sleman. Beberapa intel langsung ambil durian, minta dibelah. Tanpa basa-basi. Sepertinya mereka adalah langganan durian Bu Lemper.

“Sudah biasa mereka mas. Kalau tanggal muda, lebih banyak lagi. PNS-PNS juga banyak yang jadi langganan saya” tukas Bu Lemper. Mereka datang, saatnya saya pun berpamitan pulang.

Rumah Bu Lemper yang menjadi tempat berjualan durian Menoreh. Tampak para langganannya. @iqbal_kautsar

Bibit-bibit bersertifikasi Durian Menoreh Kuning. @iqbal_kautsar

Kulit durian Menoreh. Rapi nan jelita. @iqbal_kautsar

Yogya - Banjaroyo. @iqbal_kautsar

You Might Also Like

14 komentar

  1. Menurut banyak orang, durian itu enak. Tapi gw ngak doyan duren, nyium bau nya aja mual ihik3x

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaah kak Cumi gak doyan duren.. :( pdahal duren buatku salah satu buah paling 'surga' lah.. haha.. :)

      Hapus
  2. wah menark mas perlu dicoba dan diuber nih heheh....waha da mas torroo my favorit blogger heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. mas Angki.. makasih sudah berkunjung ke blog saya..
      yuhuuy mesti dicoba mas.. saya rutin tiap tahun nyari duren ke Banjaroya.. hehe

      Hapus
  3. Wah! Duriannya begitu menggoda :D Rugilah siapapun yang enggak suka durian :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuul Reservasi.. saya juga gagal paham knapa ada orang yg menyebut Durian sebagai buah neraka saking bencinya.. mereka sangat merugi.. terima kasih sudah berkunjung..

      Hapus
  4. Mas iqbal musim durian di gunung kidul bulan apa ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Musim durian ini sekitar bulan Desember-Maret.. Mantaaaaplah bisa puas-puasin ngeduren..

      Hapus
  5. tulisannya bikin ngileeerrr.... top markotop...

    BalasHapus
  6. Tanya dong.. Saya minggu kedua februari rencana ke yogya.. Apakah sudah musim durian belum ya? Terus lebih enak mana durian manoreh atau yang di gunung kidul? Mohon dijawab ya.. Makasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sih suka kedua-duanya.. Durian menoreh dan gunungkidul sama aja mantapnya.
      Klo duren gunungkidul wajib dicoba Duren kenconorukmi, klo duren menoreh ya duren menoreh kuning dan jambon.. Itu durian paling andalan..

      Hapus
  7. durian kuning kesukaan aku tu ...

    BalasHapus
  8. Halo saudara

    Nama saya Fadhlan Basuki, asli Indonesia dan saya seorang dokter di (RUMAH SAKIT ADI HUSADA, 40-44 Undaa, Wetan SURABAYA JATIM0).
    Gmail Saya:::::fadhlanbasuki905@gmail.com
    Jumlah Pinjaman::::350.000.000.00 IDR

    Ini adalah kesaksian hidup yang sebenarnya tentang bagaimana saya mendapat bantuan keuangan dari perusahaan pinjaman dan orang Indonesia asli yang memiliki hasrat untuk rakyatnya dan telah memberikan pinjaman dengan mudah dan terjangkau terlepas dari skor kredit Anda, Anda juga bisa mendapatkan pinjaman dari MENTARI EKA JAYACHANDRA KEUANGAN

    MENTARI EKA JAYACHANDRA KEUANGAN adalah yang terbaik dibidang kredit dengan customer service yang sangat ramah siap 24/7 memberikan yang terbaik jadi bijaklah dan dapatkan pinjaman dari MENTARI EKA JAYACHANDRA KEUANGAN
    Saya sangat menyarankan Anda untuk meminjam dari ibu karena sebagian besar pemberi pinjaman online asing palsu dan hanya akan merampok uang hasil jerih payah Anda dan mereka akan meminta pembayaran dari korban berkali-kali sampai korban kehabisan uang dan tidak bisa. . membayar. sekali lagi dan saya tidak ingin itu menjadi Anda, jadi jadilah pintar dan pinjam dari sumber yang teruji dan tepercaya.

    Sang ibu lebih memahami dan memahami perekonomian Indonesia dan ia telah melihat betapa mudah dan gratis pinjaman diberikan kepada warga negara lain selama ia tinggal di Amerika Serikat dan negara lain.

    HUBUNGI LAYANAN PELANGGAN KEUANGAN MENTARI EKA JAYACHANDRA HARI INI

    NAMA PERUSAHAAN :::::: MENTARI EKA JAYACHANDRA KEUANGAN 

    GMAIL PERUSAHAAN ::::: mentariekajayachandrakeuangan@gmail.com
    TEL :::::::::::::::::::::::::::::::::::::: + 12675265352
    Whatsapp ::::::::::::::::::::::::: + 12675265352

    Allah menjaga kita semua
    AMIIN

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK