Pasar Durian Kreteg Gantung Duwet

Februari 19, 2013

Jembatan Gantung Duwet, peninggalan Belanda tertua di Yogyakarta @iqbal_kautsar

Gerimis rintik-rintik bertaburan. Sedikit demi sedikit, tapi membawa bumi lereng Menoreh basah kuyup. Kabut rendah menyelimut di atas pepohonan. Hawa dingin setia menyapu badan dari berbagai penjuru. Roda motor terus berputar. Melintasi jejalanan licin beraspal.

Hingga pada sebuah jembatan. Orang setempat menyebutnya Kreteg Gantung Duwet. Tebing sedalam 70 meter tampak ringkih menjadi tapak kedua sisi jembatan. Sungai Progo mengalir di bawahnya deras membawa lumpur-lumpur pegunungan. Cukup menegangkan untuk melihat kerentanan yang sewaktu-waktu bisa timbul pada jembatan gantung tertua peninggalan Belanda. Jembatan ini telah melintas Sungai Progo sejak 1930-an.

Namun, tiga air terjun tebang dekat sisi-sisi jembatan menyamarkan kegelisahan. Satu di sisi utara. Dua di sisi selatan. Betapa menyedapkan arus liar Progo dijatuhi oleh air dari ketinggian. Terlebih, sebuah eksotika. Satu air terjun menaburi sungai dari atas pematang sawah di tepian tebing. Tapi. Saya tak boleh larut pada kamuflase keindahan. Mesti tetap waspada. Fokus menyeberang ke tepian di jembatan yang dianugerahi cagar budaya sejak November 2008 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Saya berhasil melintas kertek gantung Duwet. Dan, saya juga berhasil berpindah provinsi. Dari D.I. Yogyakarta ke Jawa Tengah. Kreteg Gantung Duwet ini menghubungkan Dusun Duwet di Desa Banjarhajo, Kecamatan Kalibawang, Kulonprogo, D.I Yogyakarta dengan Dusun Gutekan di Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar, Magelang, Jawa Tengah.

Langsung saya disambut bau menyeruak durian. Menggiurkan. Menyulut gairah kehangatan di tengah hawa dingin hujan. Deretan durian di kanan kiri jalan seperti memanggil saya untuk lekas mendekatinya, membukanya dan melahapnya. Baiklaah. Ini memang yang menjadi tujuan saya menembus hujan. Berkelana jauh dari Jogja ke daerah perbatasan.

Pasar durian di Bligo, tepat di sebelah timur Jembatan. Sore itu, ramai dengan para pengunjung. Demi durian Menoreh terbaik tapi murah, banyak orang bersedia ‘blusukan’ hingga ke pelosok ini. Beberapa motor dan mobil seperti ‘sabar ‘berjejer menunggui pemiliknya menikmati durian-durian yang berasal dari perbukitan Menoreh. “Monggo mas, dipilih duriannya.” sambut seorang bapak separuh baya menjajakan duriannya.

Durian Menoreh Legit. Memuaskan. @iqbal_kautsar
Saya memilih durian Menoreh Legit, begitulah menurut bapak itu. Begitu dibuka, durian ini berdaging tebal. Putih kekuningan. Wah, pandangan pertama yang menggoda selera. 

Segeralah saya sikat. Manis durian pun lekas menerjang lidah. Sangat manis tak terasa pahit-pahitnya. Dagingnya tak berserat. Mudah dipisahkan dari bijinya. Baunya pun menengah, tak terlalu menyeruak di hidung. Rasanya membuai saya untuk tiada hentinya mencomot belahan buah durian. Buah durian pertama kilat dilahap.

Giliran buah kedua. Durian ini beda. Daging tetap tebal tetapi rasanya manis dengan menyisakan sedikit pahit. Tapi bukan pahit seperti jamu brotowali. Pahit khas durian. Jujur saya susah untuk mengungkapkan apa nama istilah rasa semu pahit pada durian. Begitu juga dengan penjualnya, tidak tahu apa istilahnya. Setahu dia, “Ini khas Menoreh durian pahit seperti ini” jelasnya.

Sayangnya, saya tak menemukan Durian Kuning Menoreh atau Durian Jambon Menoreh. Padahal, kedua durian ini adalah permata perbukitan Menoreh untuk urusan durian. Manis dan ketebalan dagingnya menjadikannya sebagai salah satu raja durian di seantero Nusantara. 

”Durian kuning sudah dibawa ke kota Jogja, harusnya tadi siang ke sini masih bisa dapat.” ungkap seorang pemuda yang berjualan durian.

Durian Kuning menjadi favorit pemburu durian ke lereng Menoreh. Dengan Rp 50-60 ribu kita di sini sudah mendapatkan durian yang besar. Kalau membeli di kota Jogja, harga durian Kuning Menoreh yang besar sudah mencapai 80 ribu. Ah, saya melewatkan Durian Kuning atau Durian Jambon. 

Petang mulai memejam siang. Gerimis masih awet. Untungnya kini perut telah menghangat. Durian mahir menggelorakan perut. Lihai memanaskan badan. Saatnya saya menerjang pulang sebelum dihadang gelap malam. Dan, sepertinya saya perlu kembali lagi. Masih mendamba Durian Kuning Menoreh. Okeeey, seminggu lagi saya akan kembali untuk melahapmu. 

 




You Might Also Like

4 komentar

  1. duriannya bikin ngiler :D
    salam kenal mas :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mas Andika.. :)
      durian sini memang juoos mas.. ada garansinya juga kalau gak manis bisa ditukar.. :)

      Hapus
  2. mantab sekali.. disana harganya mulai berapaan bro?

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih udh berkunjung ms Irvan.. :)..

      ya bner duriannya mantap2.. cuma pas kmarin blum dapet durian yg paling mantap.. hehe
      15 ribu udah dapet, lumayan.. cuma blum marem.. kalo yg 50 ribuan udah bisa bikin klenger.. hehe..

      Hapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK