Hingar Sendratari Kampung Wayang Pucung

Maret 06, 2018


Prakarsa melestari tradisi wayang mengakar kuat dalam hayat masyarakat Dusun Pucung. Menjadi kampung pengrajin wayang kulit dengan teknik tatah sungging, Pucung merupa laboratorium hidup yang penad mengukuhkan pusaka dunia kebanggaan Indonesia. Apiknya, bukan saja perkara mereksa otentik wayang kulit, kawula Dusun Pucung juga berinovasi menghadirkan fasad wayang yang lebih dinikmati beraneka ragam kalangan. Persembahkanlah, Sendratari Wayang Dusun Pucung, sebuah kolaborasi pertunjukan wayang kulit, wayang orang dan tarian dalam satu panggung penampilan.

Petang 3 Maret 2018 telah jatuh mesra terpagut malam Minggu. Pendopo Wisata Wayang Dusun Pucung Desa Wukirsari  ramai dengan hadirin dan hadirat masyarakat. Di kaki perbukitan Imogiri yang hening, detak pentas mampu merancak sejenak perdusunan yang biasanya lengang disantap malam. Di sini, saya disambut karib oleh kawan setempat, mas Demy Raharjo - penggiat Wisata Wayang Pucung. Sosoknya yang partikular dengan perangai keramahan dan aksesoris sepatu putihnya, sanggup membawa saya melebur dalam suasana desa tradisional yang didenyutkan oleh pemuda revolusioner.


Demy mempersilakan saya dan rekan narablog perjalanan untuk “feel free” mengabadikan proses persiapan pergelaran Sendratari Wayang. Di balik layar, para pementas tampak tekun berancang-ancang menyongsong pementasan. Mereka dirias dalam naungan temaram lampu yang dikerubung semribit angin malam. Meski acaranya skala kampung, saya mengamati mereka sungguh melaku penuh totalitas. Mereka akan bermain peran sebagai tokoh wayang dalam Sendratari Wayang dengan lakon Gatotkaca Kalajaya.

Dusun Pucung sejak tahun 2014 menabalkan diri sebagai desa wisata dengan tajuk Wisata Wayang. Demy tercatat sebagai salah satu penggagas dan penggerak utamanya. Kini, Wisata Wayang menjadi paguyuban pengrajin wayang kulit yang menaungi Dusun Pucung dan Dusun Nogosari II di Desa Wukirsari, Imogiri. Wisata Wayang punya ihwal agung untuk melestarikan tradisi wayang melalui pendekatan wisata yang berkelanjutan. Sejalan dengan proses merawat visi, Wisata Wayang dibakti oleh Bank Central Asia (BCA) sebagai desa binaan sejati.

Pergelaran  Sendratari Wayang adalah bagian dari peluncuran Pendopo Pertunjukan yang menjadi rupa dari bakti di bidang infrastruktur sekaligus resepsi HUT BCA ke-61. Selain makna yang terkandung hakiki, saya sungguh mengapresiasi dengan dimensi estetika badaniyah panggung yang ditampilkan. Sorot tata lampu, sebaran asap hingga pranata suara mampu tampil memesona untuk meromansa narasi Sendratari Wayang berlakon Gatotkaca Kalajaya. Saya pikir, Pendopo Pertunjukan seakan ingin menyuguhkan pentas desa yang berkelas dunia.

Perpaduan yang selaras antara wayang kulit, wayang orang dan tarian adalah pembaharuan yang cerdas untuk menjembatani makna dengan rupa. Selama 90 menit, saya bisa melebur dengan masyhuk pada setiap detail adegan. Cerita luhur Gatotkaca Kalajaya pun tersabdakan begitu mengena kepada semua pasang mata. Bagusnya, lipuran kocak oleh tokoh Punakawan Gareng sanggup memberi keseimbangan semesta pentas di tengah keseriusan perjalanan cerita.

Cerita Sendratari Wayang malam itu bukanlah narasi yang rumit. Seperti esensi dari wayang pada umumnya, kisah Gatotkaca Kalajaya merupakan intisari dari kehidupan manusia sehari-hari. Makanya, alangkah lebih baik, saya  membagikan ikhtisar cerita Lakon Gatotkaca Kalajaya. Berikut kilas singkat kisah Gatotkaca Kalajaya.

“Kayangan tempat para dewa bersemayam tiba-tiba geger karena serangan dari Kerajaan Giling Wesi yang dipimpin oleh Patih Kala Sekipu, atas perintah Prabu Kala Pracona untuk mempersunting bidadari kayangan bernama Bathari Supraba. Para dewa kalang kabut menghadapi serangan pasukan Giling Wesi yang membabi buta. Bathara Guru kemudian memerintahkan Bathara Narada agar menjemput Tetuka (nama kecil Gatotkaca) di Mayapada untuk dijadikan jago para dewa.

 Bathara Narada menagih janji kepada Werkudara bahwa dewa menghendaki imbalan atas anugerah yang telah diberikan dewa saat bayi Tetuka yang dahulu tali pusarnya tidak bisa diputus apapun kecuali oleh senjata kunta. Mendengar permintaan Bathara Narada, Werkudara menyatakan keberatannya. Namun Bathara Narada berhasil membujuk dengan mengatakan bahwa semua yang terjadi pada kehidupan ini sudah kehendak dewata. 

Tetuka dibawa naik ke kayangan dan dimasukkan ke kawah Candradimuka. Bukannya binasa, Tetuka justru tumbuh menjadi satria gagah perkasa dan sakti mandraguna. Nama Gatotkaca diberikan oleh para dewa kepada Tetuka yang kemudian didaulat untuk memukul mundur Kala Sekipu dan bala tentaranya. Pertempuran sengit tak terelakkan. Berkat kemampuan Gatotkaca yang tiada tanding, Sekipu berhasil dibinasakan bahkan Gatotkaca memenggal kepala Prabu Pracona. 

Berjalan waktu seiring Gatotkaca tumbuh dewasa, ia dilanda kegelisahan akan cintanya kepada Pregiwa yang dihalangi sang paman, Raden Arjuna. Pregiwa hendak dijodohkan dengan Lesmana oleh Arjuna. Gatotkaca mencoba bunuh diri namun tidak pernah berhasil karena dirinya terlalu sakti. Melihat kesempatan tersebut, Arjuna terjerumus ikut mencoba membunuh Gatotkaca. Pada saat genting tersebut, Prabu Kresna datang melerai mereka dan memberikan nasihat kepada Arjuna. Akhirnya Gatotkaca menemukan cinta sejatinya dan hidup bahagia bersama Pregiwa.”

















Bersama @Insanwisata dan @Annosmile. Travel Blogger Jogja terkemuka.

You Might Also Like

7 komentar

  1. Pantesan aku lihat di fb mas anno kok kayaknya unggah foto mirip hanif dan njenengan. Ternyata bertiga toh ahahhahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aslinya berlima mas. Tapi mas Aan dan mas Ardian gak iso teko..

      :D

      Hapus
  2. Walah aku blm pernah nonton pertunjukan wayang semacam ini, ditempatku cuma pakai gunungan dan wayang golek biasanya.. Hhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini merupakan inovasi dalam pementasan wayang. Anak muda di Dusun Pucung memang begitu kreatif dan adaptif dalam menyesuaikan perjalanan zaman...

      Ayoo main ke Dusun Pucung, Imogiri..

      Hapus
  3. Wah seru nih. Alternatif baru selain Sendratari Ramayana :D
    Keren sekali emang blio blio itu :D

    BalasHapus
  4. Tadi ga sengaja baca artikel di Hipwee tentang mas Iqbal.
    Pas ku stalking ternyata bener tulisan travelingnya bagus-bagus.
    salam kenal ya kang :)

    BalasHapus
  5. Aku belum pernah nonton wayang yg begini. Biasanya nonton wayang kulit seperti pada umumnya. Klo di Bengkulu sering dijak bapak nonton wayang yg diadakan persatuan masyarakat Jawa-Bengkulu. Pengen deh sekali" pulang ke Jogja nonton wayang hehe. Btw salam kenal mas..

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK