Kendara Tangguh Tour de Flores bersama Terios 7 Wonders

Mei 29, 2016

Terios 7 Wonders di Kampung Bena, Bajawa.

Medan menantang Flores adalah panggilan sayang kepada penggandrung petualangan berkendara. Jalanan yang dominan tanjakan-turunan dan kelokan tajam menancapkan imaji tentang Flores yang tak gampang ditaklukkan. Ajang Tour de Flores cermat mendayagunakan anugerah lanskap khas pulau bergunung-gunung. Bersamaan itu, Terios 7 Wonders menguji ketangguhan mobil sahabat petualang di tlatah yang dijuluki "cabo da flores" alias tanjung bunga.

Saya tak bisa melupakan saat pertama kali melakukan perjalanan overland Flores. Awal 2013, saya menggunakan angkutan umum menyisir dari Larantuka hingga Labuan Bajo sekalian mengeksplorasi pesona alam budayanya. Terpatri dalam pikiran, Flores adalah sebuah pulau yang tak membiarkan saya untuk duduk tenang, duduk menikmati pemandangan di jalan sembari membaca  buku – kegiatan favorit saya. Goncangan demi goncangan terus mengiringi sepanjang perjalanan. Saya hampir dibuat mabuk darat oleh arena ‘gila’ Flores.

Kalau bisa memahami lanskap Flores memang wajar harus pasrah pada medan yang terjal. Ada 17 gunung berapi dibersamai pasukan pegunungan yang berderet memanjang dan saling bertubrukan. Sejumlah gunung di Flores pun hanya kalah dengan Pulau Jawa yang memiliki 32 gunung berapi. Namun, bayangkanlah luas Flores yang jauh lebih sempit. Alhasil, tumbuh kembangnya gunung dan pegunungan hanya menyisakan hamparan datar yang tak sebegitu luas.

Menjelajah jalur Flores yang berpanorama menawan. Di jalur Ende - Bajawa
Daihatsu Indonesia hadir Tour de Flores


Mama Yuliana dari Kampung Sikka. Wonders Kerajinan Tenun Ikat.
Wae Rebo, mahakarya Indonesia.

Kali ini, saya kembali ke Flores bebarengan hajatan internasional Flores: Tour de Flores, ajang balap sepeda membelah Pulau Flores. Saya hadir bersama ekspedisi Terios 7 Wonders yang diselenggarakan Daihatsu Indonesia. Ekspedisi Terios 7 Wonders ini juga diberi tajuk “Tour de Flores”.

Perjalanan Terios di Flores menjadi kelanjutan rangkaian agenda Terios 7 Wonders yang menjelajah pulau-pulau besar di Indonesia. Ekspedisi tahun ini merupakan edisi yang kelima. Sebelumnya, Terios 7 Wonders sukses menaklukkan medan Sumatera, Jawa-Bali-Lombok-Sumbawa, Sulawesi dan Kalimantan. Agar terpenuhi  menjadi 7 Wonders se Indonesia, Terios rencananya melengkapi yang ke-6 untuk jelajah Maluku dan ke-7 untuk bertualang di Papua. Hasilnya, Terios 7 Wonders akan paripurna berkendara dari Sabang sampai Merauke.

Di Terios 7 Wonders – Tour de Flores ini, saya bertualang  bersama travel blogger terkemuka Indonesia, Farchan Noor Rachman – www.efenerr.com dan Satya Winnie – www.satyawinnie.com serta travel instagramer hits Yudha Ashari - @catatanbackpacker. Selain itu dikawani juga dengan fotografer Rynol Sarmond, videografer Andi Ripaih, jurnalis Egi dari Pos Kupang serta tim dari Daihatsu Indonesia.

Berpacu dengan kecepatan di jalur gila Maumere - Ende
Terios 7 Wonders di Katedral Reinha Rosari Larantuka
Terios melintas jembatan di Nangapanda. 
Remaja putri Larantuka totalitas menyambut hajatan Tour de Flores dengan tenun ikatnya yang cantik. Salut!

Perjalanan menyusuri tanah Flores ini menggunakan tiga buah mobil Daihatsu New Terios R Adventure. Mobil SUV (Sport Utility Vehicle) satu-satunya keluaran PT Astra Daihatsu Motor (ADM) Indonesia ini diuji ketangguhannya menembus medan penuh tantangan Pulau Flores. Saya pun menjadi saksi bagaimana mobil bertenaga 1500 cc ini melahap jejalanan Flores dengan segala dinamikanya.


Kemeriahan Tour de Flores

Alasan untuk bergembira tiba di Flores adalah langit menyambut dengan cerah, bersih nan membiru. Begitu mendarat di Bandara Frans Seda Maumere, optimisme saya langsung membuncah kalau ekspedisi Terios 7 Wonders selama 7 hari 18-24 Mei 2016 akan berjalan lancar. Langsung saja, saya menuju Larantuka, kota dimana ajang balap sepeda Tour de Flores menjalani start. Sekaligus, di ibukota Flores Timur ini, ekspedisi Terios 7 Wonders mengawali kendara menyusuri Flores.

Tour de Flores dan Terios 7 Wonders sama-sama start dari Larantuka dan finish di Labuan Bajo. Namun, dua ajang ini memiliki misi yang berbeda. Peserta Tour de Flores menjajal lintasan jalan raya trans flores sejauh 661,5 km yang dibagi dalam lima etape (Etape I, Larantuka -  Maumere 138,8 km; Etape II, Maumere – Ende 141,3 km; Etape III, Ende – Bajawa 123,3 km; Etape IV, Bajawa – Ruteng 136,6 km dan Etape V, Ruteng – Labuan Bajo 121,5 km).

Adapun Terios 7 Wonders melahap rute sekitar 850 km – selain membelah rute Trans Flores, mengiringi Tour de Flores, juga bertakzim untuk mengeksplorasi wisata di tujuh destinasi ‘Wonders’ Flores. Saya beperjalanan  untuk (1) ziarah ke nuansa Vatican Indonesia di Larantuka; (2) melihat geliat tenun Ikat Sikka dan gereja tuanya; (3) menyanjung keajaiban Kawah Kelimutu; (4) menyaksikan tenun ikat Lio di Manulondo Ndona; (5) mengagumi kampung megalitik Bena; (6) menemui kisah “Hobbit” di Liang Bua dan (7) bertetirah ke negeri dongeng Wae Rebo.

“Di acara Tour de Flores ini, Daihatsu Indonesia mendukung sebagai sponsor utama kegiatan sekaligus mengeksplorasi destinasi wisata Flores melalui Terios 7 Wonders”, ungkap Sudirman MR, Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor, yang saya jumpai di Ende saat melepas start etape ketiga Ende- Bajawa.

Tour de Flores dan Terios 7 Wonders start dari Larantuka. Foto: Rynol Sarmond @rynolsar
Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR dan Menteri Perindustrian RI Saleh Husin beserta pejabat daerah di pelepasan start etape ketiga di Ende.
Pembalap mengisi presensi setiap sebelum etape memulai start. 
Peserta Tour de Flores berkompetisi dengan ketat. 

Menghadirkan ajang balap internasional di Flores ibaratnya sebuah realisasi mimpi yang tak terduga. Alam memang oke, budaya cakep serta masyarakat ramah, tapi dukungan fasilitas lain seperti akomodasi di Flores masih dipandang tertinggal. Ditambah, stigma dari NTT yang disebut daerah “Nanti Tuhan Tolong” dan “Nasib Tak Tentu”, membuat penyelenggaraan Tour de Flores menimbulkan keraguan. Saya mendengar pula, suara perdebatan di tingkat lokal santer terdengar hingga hari-H pelaksanaan.

Nyatanya, Tour de Flores sanggup membuktikan kepantasan Flores menghelat ajang berkelas dunia. Penyelenggaraan Tour de Flores langsung menyabet grade 2.2 di tingkat balapan internasional. Ada 100 pembalap dari 16 negara yang tergabung dalam 20 tim berlomba membelah kerasnya medan Flores. Mata publik internasional pun tertuju ke pulau yang memiliki nama asli Nusa Nipa karena wujudnya seperti ular yang meliuk-liuk.

Setelah tuntas finish di Labuan Bajo, keluar sebagai juara umum Tour de Flores adalah Daniel Whitehouse (Selandia Baru) dari  Terengganu Cycling Team. Jagoan Indonesia, Robin Manulang dari Timnas Indonesia hanya menempati peringkat ke-5 dalam Tour de Flores. Namun, Robin berhasil menjadi pembalap sepeda Asia terdepan. Selamat!

Sepanjang menyisir rute Tour de Flores bersama Terios, saya merasa bungah melihat antusiasme masyarakat Flores yang luar biasa. Sudah sedari pagi, warga berbaris rapi di pinggir jalan untuk menyambut pembalap sepeda yang memacu kecepatan penuh 70-90 km per jam. Begitu melintas, sorak-sorak riuh bergembira selalu mengiringi para pembalap. Ketika mobil Terios 7 Wonders melaju, warga juga melambaikan tangan menyambut kehadiran kami sebagai pendukung acara.

Ditambah lagi, warga Flores sangat totalitas. Mereka rela berpakaian adat sebagai wujud ingin mengenalkan budaya khas daerahnya kepada para peserta. Meski dalam satu Flores, tiap daerah punya latar belakang suku yang berbeda. Sepanjang rute yang dilalui Tour de Flores, ada suku Lamaholot, Sikka, Lio, Ende, Nagekeo, Ngada, Manggarai dan suku pendatang seperti Jawa, Bugis dan Madura. Bagi saya, inilah rupa keindahan Flores yang membuat medan menantang Tour de Flores selalu memiliki kemeriahan yang lengkap.

Di manapun dilewati Tour de Flores, antusiasme masyarakat sungguh bikin bangga.
Bocah-bocah pun setia menunggui pembalap sepeda yang melintas. Event yang jarang di Flores
Anak sekolah dimobilisasi untuk meramaikan Tour de Flores. Mereka sangat simpatik
Flores menyuguhkan antusiasme yang luar biasa!

Di Ende, saya berjumpa Wawan Setyobudhi, pelatih Timnas Indonesia. Mantan pembalap Tim Nasional Indonesia yang legendaris ini memiliki kesan positif tentang hajatan Tour de Flores. “Cuaca panas dengan medan yang terus bertikungan, jadi tantangan tiap pembalap agar bisa berlomba tetap prima hingga akhir.” ungkapnya. Dia coba membandingkan dengan hajatan serupa di Indonesia yakni Tour de Singkarak (Sumatera Barat) dan Tour de Ijen (Jawa Timur), yang mana Tour de Flores lebih berat dan menantang.

Michel, komisioner UCI di Tour de Flores punya pandangan senada dengan Wawan. Baginya, Flores punya medan yang pas untuk sebuah ajang balap sepeda internasional yang bergengsi . “Panorama di sini sangat indah, jalannya curam dengan kelok-kelok tajam serta masyarakat yang antusias bisa menjadi keunggulan Tour de Flores diadakan tiap tahun.” jelasnya.

Rasanya,  Tour de Flores bisa dikatakan berhasil. Saya sepakat dengan perkataan Menteri Pariwisata Arief Yahya yang akan menyelenggarakan Tour de Flores tahun depan dan menjadikan sebagai agenda rutin setiap tahun. Pulau Flores memang pantas untuk memiliki ajang internasional ini yang sanggup mengulik betapa menantangnya alam Flores. Tour de Flores juga bisa jadi sarana efektif mengungkap kekayaan budaya dari Larantuka hingga Labuan Bajo.

Hanya saja, Pulau Flores perlu menata diri untuk Tour de Flores hajatan selanjutnya. Saya rasakan langsung penginapan dan akomodasi bagi peserta dan pendukung acara di kota-kota yang disinggahi masih sangat terbatas. Bayangkan saja jika para peserta sampai tak dapat tempat istirahat yang layak setelah berkompetisi menggenjot pedal begitu melelahkan. Juga, kondisi jalan untuk rute Tour de Flores perlu ditingkatkan karena di beberapa tempat jalan bergelombang masih gampang dijumpai.

Para pembalap sepeda mengayuh kuat di tikungan tanjakan curam di Larantuka - Maumere.
Tour de Flores, perpaduan jalan yang menyuguhkan medan menantang dan alam yang cantik.
Daihatsu Indonesia mendukung hajatan Tour de Flores. Foto: Rynol Sarmond @rynolsar
Ekspedisi Terios 7 Wonders finish di Labuan Bajo. Foto: Hagaisinuansa Sembiring @hagaisinuansa_sembiring

Masih ada satu tahun lagi untuk menyiapkan Tour de Flores yang lebih baik. Setengah tahun saja bersiap diri bisa menghasilkan Tour de Flores 2016 yang mendunia, apalagi jika dipersiapkan lebih matang dan lebih lama. Saya pikir, Tour de Flores bisa menjadi andalan balap sepeda andalan Indonesia sekaligus mempromosikan kekayaan Flores lebih masyhur di dunia.


***

Kata Flores muncul dalam literatur sejarah sejak seorang kebangsaan Portugis, S.M. Cabot menamai Cabo de Flores (Tanjung Bunga) ketika ia melewati tanjung di ujung Flores bagian timur, di utara daerah Larantuka. Namun, adalah Gubernur Jenderal VOC Hendrik Brouwer yang menggunakan kata Flores sebagai nama resmi untuk seluruh wilayah pulau sejak tahun 1636 [1]. Tak salah jika pulau di deretan Kepulauan Sunda Kecil ini dinamai sebagai pulau bunga. Bunga memang identik dengan keindahan. Tersusun dari alam dan budaya yang khas, Flores pantas mengklaim dirinya sebagai pulau yang indah.

Saya jelas tak bisa untuk tak mengamini keindahan Flores. Makanya, saya tak bosan hati untuk datang dan menuliskan pesona Flores walau sudah tiga kali berkunjung. Dalam rangkaian Ekspedisi Terios 7 Wonders ini, saya pun akan berbagi kisah pengalaman perjalanan di tujuh destinasi Wonders yang berada sepanjang Larantuka hingga Labuhan Bajo. Rencananya ada 8 tulisan yang ingin saya hadirkan. Simak ya..

Selamat membaca! Semoga menggugah perasaan untuk berkunjung ke tanah Flores yang menakjubkan.


Catatan Kaki:

[1] Saya mendapatkan informasi asal mula nama Flores dalam tulisan Hans J. Daeng yang berjudul “Gereja Katolik dan Upacara Tradisional di Manggarai dan Ngada (Flores)”

Video perjalanan FLORES bersama Daihatsu Indonesia


Bersaing ketat di rute maut. 
Khas Flores, tebing curam pada lembah yang dalam. Jalur yang tak gampang ditaklukkan. 
Aktivitas pagi di 'wonders' Wae Rebo, Manggarai
Mama Rasiana Wani, tekun menenun ikat di Kampung Manulondo, Ndona, Ende.
Pagi menyapa hangat di Larantuka. Tempat start Tour de Flores. 
Menara gereja tua Sikka yang bersejarah sejak abad ke-16
Goa Liang Bua, "wonders" jejak Hobbit Homo Floresiensis
Melintas lekas. Foto: Rynol Sarmond @rynolsar
Tak lupa mengabadikan di Tour de Flores.
Siap berangkat meramaikan permbukaan Tour de Flores di Larantuka
Simak petualangan saya selanjutnya bersama Terios 7 Wonders Tour de Flores

Perjalanan "Overland Flores" ini disponsori Daihatsu Indonesia www.daihatsu.co.id dalam ekspedisi TERIOS 7 WONDERS - TOUR DE FLORES. Cerita perjalanannya disajikan dalam 8 seri tulisan, yakni:

1.   Kendara Tangguh Tour de Flores bersama Terios 7 Wonders
2.   Ziarah Kota Maria Larantuka
3.   Menyapa Desa Sikka yang Bersejarah
4.   Kopi John dan Avontur Kelimutu
5.   Mahakarya Tenun Ikat Lio Desa Manulondo
6.   Kampung Bena dan Bocah Penggemar Bola
7.   Bertandang ke Sarang Hobbit Liang Bua
8.   Pulang Kampung Wae Rebo

Selamat membaca semuanya!


You Might Also Like

18 komentar

  1. Foto dan ceritamu selalu dabes Mas! Wuwuwuwuwuwuwu~

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Satya.. perjalananmu dan kisahnya juga sangat dabes.. Menginspirasi daku.. :D
      sukses untuk #SatyaKelilingIndonesia ya..

      Hapus
  2. SEMENANJUNG BUNGA
    Bunga adalah keindahan, tapi bunga juga keragaman tiada tara. Dan keduanya ada di FLORES

    BalasHapus
    Balasan
    1. sahih sekali itu kak Revianto.. Flores memang destinasi favorit saya karena keindahan alam budaya dan keramahan manusianya..

      Hapus
  3. Sepedanya, Ya Allah...
    Siapa tahu di sana bisa sepedaan kayak difoto :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoo mas hrus diagendakan keliling trans Flores dengan sepeda.. rasakan medannya.. :D

      Hapus
  4. Selalu terbawa suasana tiap baca postingan travelingmu. Jadi pingin balik ke Flores dan menyusuri lanskap sepanjang labuan bajo sampai larantuka.

    Ditunggu cerita selanjutnya mas bro :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ESka terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya... Semoga bikin kamu pingin lagi segera ke Flores,, :D

      okaaay simak terus ya..

      Hapus
  5. Semoga tahun ini bisa overland flores juga
    Aku nafsu ke bena ama wae rebo

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiiin kak Cumi.. Turut mendoakan juga untuk impianmu ini..
      Semoga kamu bisa eksplorasi Flores sampai puas.. :D

      Hapus
  6. Balasan
    1. waah perjalanan yang dabes bareng orang-orang dabes.. :D

      Hapus
  7. ajiib sekali, jadi teringat rasa kopi dari wae rabo yg khas itu. mantap! lanjutkan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. naaah iku kopi yang nikmat kaya cerita.. Tunggu kopi wae rebo selanjutnya ya.. hhahha

      Hapus
  8. Seru kali kaaakkk bs touring di Flores ;-) Btw suka sama bangunan katedralnya, cantik banget exteriornya :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kak Timo, Flores memang sangat seru dan berkesan. Sampai berkali2 pun ke Flores gak ada bosannya,
      Interior dan eksterior sama indahnya.. :D

      Hapus
  9. acaranya sangat seru, karena para warga sekitar pun ikut serta meraimaikan acara tour de flores..

    BalasHapus
  10. Terios emang mobil yang keren.. tapi ya gitu, harganya lumayan lah :D hehe tapi worth it kok

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK