Berekspresi Lepas

April 20, 2009

Bernyanyi adalah kesenangan yang terbukti paling ampuh membuat hati dan jiwa kita terlepas dari segala kepenatan dan beban hidup. Lewat untaian kata-kata yang dibalut alunan n

ada-nada, sebuah nyanyian harmonis bisa terdendangkan sebagai pengekspresian kata hati. Tak peduli genre musik itu adalah pop, hip-hop, rock, metal bahkan dangdut ataupun keroncong, yang penting nyanyian itu mampu menyenangkan jiwa, baik bagi penyanyi maupun pendengarnya.

Ada (lagi) sebuah fenomena menarik dalam bisnis kini. Minat bernyanyi ternyata dapat dijadikan sebuah ceruk bisnis yang menguntungkan. Lahan garapan bisnis musik tidak lagi hanya terbatas pada minat bernyanyi untuk rekaman ataupun di pentas/panggung hiburan, tetapi juga pada minat bernyanyi karaoke. Oleh karena itu, sekarang telah banyak berdiri tempat khusus karaoke yang representatif mengakomodasi minat berkaraoke sehingga berkaraoke bisa dinikmati secara lebih menyenangkan.

Ada banyak cara untuk menikmati berkaraoke. Berkaraoke sendirian atau bersama kekasih, keluarga, sahabat, kolega bisnis dan teman organisasi tentu adalah opsi cara berkaraoke yang dapat dipilih agar dapat merasakan nikmatnya alunan nada yang diperdengarkan. Tak hanya untuk menikmati nada, ternyata berkaraoke bersama-sama bisa digunakan sebagai ajang untuk mempererat dan mengakrabkan hubungan dengan orang lain. Manfaat keakraban inilah yang kemudian mendasari EQUILIBRIUM - pers mahasiswa FEB UGM yang saya sebagai anggotanya - mengadakan acara karaoke bersama untuk awak EQ, sebutan keren untuk anggota EQUILIBRIUM, pada 18 April 2009 di Happy Puppy, Ringroad Utara sebelah timur perempatan Jakal.

Acara ini diadakan bermula dari masukan beberapa awak EQ yang “iri” karena kebanyakan acara informal EQ hanya bisa dinikmati oleh orang yang berhobi outbond, jalan-jalan, dan futsal yang memiliki constraint seluruh awak EQ tidak bisa menikmatinya. Sebagai sebuah organisasi yang berlandaskan pada kekeluargaan, selain intelektualitas dan idealisme pers mahasiswa, PSDM EQ pun tanggap dengan masukan tersebut. Inilah EQUILIBRIUM, organisasi hebat yang bisa mengakomodasi harapan dan semangat dari seluruh anggotanya.

Waktu sehabis UTS semester genap 2009 pun disepakati, hari Sabtu 18 April 2009. Waktu inilah yang dirasa paling tepat sekaligus sebagai ajang penyegaran awak-awak EQ setelah bertarung hebat dengan soal-soal UTS selama dua minggu sebelumnya. Pun, berkaraoke bersama diharapkan mampu lebih mengakrabkan lagi dengan sesama awak EQ setelah sebelumnya saat UTS “lebih” akrab dengan buku-buku kuliah.

Gaung acara karaoke ini ternyata disambut positif oleh awak-awak EQ, baik yang menjadi anggota aktif sampai mantan anggota aktif. Terhitung ada 23 awak lintas angkatan yang ikut serta dalam acara ini. Dari mulai angkatan 2004 (Jauhari Tak Jauh), angkatan 2005 (Prastowo, Saiqa, Rangga), angkatan 2006 (Pramu “Wiwid”, Novita “Bitbit”, Fitri, Nining, Roky, Tyas), angkatan 2007 (Saya, Zulfan, Dini, Adi “Koplak”, Wana, Mega, Shidiq,Yudhis, Taufik) sampai angkatan 2008 (Rahmia, Kinkin, Ian, Bunga, Amel) bersemangat untuk datang berkaraoke bersama.

Ruang di Happy Poppy yang dipilih pun adalah ruang yang paling luas, yaitu: Penthouse room yang mampu menampung 60 orang. Ini dipilih berdasarkan estimasi awal minat awak-awak EQ berkaraoke lebih dari 50 orang. Namun, berhubung ada kepentingan pribadi pada beberapa awak EQ, akhrinya yang datang hanya 23 orang. Zulfan Fakhruri A., koordinator PSDM sekaligus juga penanggung jawab acara ini, berkata dengan wajah memelas setengah bahagia, “Wah, yang datang terlalu sedikit, tidak sesuai dengan ekspektasi PSDM yang mengestimasi lebih dari 40 orang yang akan hadir. Selain itu, niat kami menghadirkan bintang tamu juga gagal. Vinco”Anime” tidak bisa hadir karena mendadak ada acara di suatu tempat. Padahal akan diduetkan dengan bintang lain untuk menyanyikan lagu Tora Dora, yaitu dengan Kinkin. Tapi yowislah, yang penting tujuan acara ini tercapai dan sanggup membuat gila awak-awak EQ.”

Lagu awal mulai diperdengarkan, sayangnya saya waktu itu belum sampai di ruang karaoke sehingga tidak tahu lagu apa yang di-play. Saya perkirakan antusias teman-teman sudah dalam mode on untuk menggila dan masyhuk berkaraoke. Ini memang terbukti ketika saya memasuki ruangan, suasananya sudah sangat riuh gegap gempita. Saat itu, lagunya adalah Suara (Dengarkanlah Aku) milik Hijau Daun. Lagu ini menjuruskan saya pada lagu yang belum lama sebelumnya sering dinyanyikan Aulia (awak EQ 2005) dan beberapa awak EQ lain kepada Mas R atas hal kekagumannya dan kecintaannya Mas R dengan Mbak R. Namun demikian, kisah kekaguman itu, ternyata hanya berhenti sebatas pada upaya persahabatan tanpa berujung pada mahligai cinta.

Lagu demi lagu diputar. Lagu A diganti dengan lagu B, lagu B diganti lagu C kemudian diganti lagu D dan begitu seterusnya. Suara penyanyi pun berubah-ubah seiring dengan bergulirnya lagu yang sebelumnya telah “di-booking. Ada yang bersuara merdu bak penyanyi kafe, ada yang bersuara standar kamar mandi dan ada suara yang fales serak-serak basah. Ini yang menjadikan suasana pada saat karaoke dinamis, berwarna dan tidak monoton. Ditambah lagi, lagu-lagu yang dinyanyikan adalah lagu yang sesuai dengan karakter suara dan diri penyanyinya. Selain itu, lagu-lagunya pun merakyat dan membumi di belantika musik Indonesia.

Jenis bahasa lagu-lagu yang dinyanyikan pun cukup variatif tidak ‘melulu’ berbahasa Indonesia atau Inggris. Ternyata ada pula awak EQ, yaitu Roky yang menyanyikan lagu berbahasa Mandarin. Menurut saya walaupun tidak mafhum bahasa mandarin, lagu yang dinyanyikannya bercerita tentang cinta. Ini dapat dimaknai sebagai ungkapan cinta Roky pada seseorang yang menjadi pujaan hatinya yang kebetulan juga adalah awak EQ tetapi tidak dapat hadir ketika karaoke. Lagu itu pun dinyanyikannya secara mendayu-dayu penuh perasaan hati yang terdalam.

Dalam berkaraoke, ternyata teman-teman tidak sebatas pada bernyanyi juga, tetapi ikut menari, berjoget hingga berdansa. Ada beberapa awak EQ yang memiliki keahlian cukup mumpuni dalam melakukan gerakan mengiringi lagu itu. Tyas dan Bitbit adalah dua insan yang jago dalam berdansa ketika lagu-lagu sedih didendangkan. Zulfan adalah raja joged ketika lagu-lagu dangdut dinyanyikan. Wiwid cakap berekspresi dengan gaya poco-poconya dan seringkali berduet dengan Tyas. Bitbit sendiri adalah jago dalam menari dalam mengikuti Slank Dance. Selain itu, ada juga penari-penari trio kucing, yaitu: Amel, Dini dan Mega, serta ditambah Taufik yang bergerak secara kompak dan konsisten tak henti di sofa belakang. Belum lagi, duet Bunga dan Rahmia yang bergoyang lebih bervariatif di depan.

Jangan takut keluarlah

Hadapi dunia dengan menari

Jangan takut ayo keluar

Hadapi dunia dengan menari

Berkhayalah seluas biru langit

Berpikirlah sedalam biru laut

Horizontal sama rasa sama rasa

Melihatlah seterang sinar sunset

Menataplahlah sebinar cahaya sunrise

Terang benderang

Buka jendalamu lalu pandanglah

Buka pintu ayo keluarlah

Bebas lepas, lepaskan kebebasan

Itu adalah lirik lagu Slank Dance. Memang benar bahwa bernyanyi dan menari dapat menghilangkan segala gundah di hati. Menari dapat pula menjadikan kita sama rasa dan sama rata sehingga menjadikan kekompakan dan persahabatan terjalin lebih erat. Batas-batas yang ada pada masing-masing individu pun seolah runtuh ketika kita menikmati lagu dan bergoyang bersama. Saya terkesima dengan lirik sederhana dan lugas dari lagu Slank Dance yang menggambarkan betapa bahagianya orang-orang yang sedang menari dan bernyanyi.

Kembali ke kisah karaoke. Ada beberapa lagu yang ternyata bisa membangkitkan semua awak EQ yang hadir untuk bernyanyi bersama. Lagu-lagu itupun jelas lagu yang nge-hits karena sering muncul di acara-acara musik di televisi dan radio, seperti: ST-12 - Jangan Pernah Berubah, Kangen Band – Yolanda, Melly G dan BBB – Let’s Dance Together, dll. Lagu ST-12 Jangan Pernah Berubah dinyanyikan dengan begitu apik sehingga meraih predikat lagu terbaik dengan memperoleh skor hampir sempurna 99. Ini tidak bisa dilepaskan karena lagu ini begitu akrab di telinga kita yang setiap hari dicekcoki oleh televisi sehingga semua orang bisa ikut mendendangkannya. Saya pun merasa easy-listening juga pada lagu ini sehingga ikut bernyanyi, bahkan cenderung semangat berkoar-koar.

Walaupun tidak meraih skor tertinggi, Lagu Yolanda dari Kangen Band membuat suasana ruang karaoke menjadi bergemuruh lagi setelah sebelumnya lagu yang diputar adalah lagu spesial (maksudnya: lagu yang hanya dapat dinyanyikan beberapa orang saja). Dengan dimotori oleh penyanyi special Melayu, Zulfan, lagu Yolanda sanggup membuat semua bernyanyi dan bergoyang. Mungkin saya bisa memahami ini sebagai persepsi unik dari masyarakat dalam melihat fenomena Kangen Band, khususnya lagu Yolanda. Identitas yang timbul juga unik pada Kangen Band, yaitu: banyak yang mencelanya akan tetapi lagu-lagunya tetap disuka dan konsernya tetap dipenuhi pengunjung. Dua wajah berbeda dari Kangen Band dalam persepsi masyarakat menjadikan ini sebagai suatu anomali pasar musik Indonesia.

Namun, lagu yang paling fenomenal adalah Let’s Dance Together. Sesuai dengan namanya lagu ini menjadikan semua awak EQ enerjik bernyanyi dan menari. Ruang Karaoke yang tidak berukuran terlalu lapang itu, dijadikan sebagai tempat kegilaan awak-awak EQ. Regu depan menari dengan mengikuti gerakan artis-artis BBB yang dikomandoi oleh Bitbit dan Tyas, sedangkan regu belakang seperti biasa, berjoget secara kompak tetapi dengan gerakan menarik yang diciptakan mereka sendiri. Tak puas dengan menari, regu depan kemudian membentuk ular-ularan dan berjalan mengelilingi ke tiap sudut-sudut ruang karaoke. Benar-benar semua luruh dalam kegembiraan, entah itu kegembiraan individu sehabis UTS ataupun kegembiraan bersama dalam wadah mengatasnamakan sebuah organisasi ‘kekeluargaan’. Saya sendiri hanya sebentar menari dan bernyanyi, saya lebih tertarik untuk menyaksikan dan mengamati kegembiraan dari ekspresi lepas teman-teman. Itupun sudah membuat saya bergembira karena saya ini termasuk orang yang akan merasa senang jika orang-oranng pun senang. Bagi saya, ini mungkin sesuai pepatah Jawa yang di-translate ke bahasa Indonesia: “Makan Tidak Makan Asal Kumpul”. Dari pengamatan itu, kemudian saya terjustifikasi bahwa memang terbukti jika persahabatan mampu membuat seseorang rela melakukan apapun demi persahabatan itu dan akan berusaha sekuat apapun untuk mempertahankan persahabatan itu.

Jam HP saya sudah menunjuk 14.40. Petugas Happy Puppy masuk dan menyerahkan nota yang berisi penginformasian total harga dan waktu selesai. Karaoke selesai pukul 14.56 artinya tinggal 3 lagu lagi. Tiga lagu terakhir yang telah dipilih diperdengarkan, tetapi untuk lagu yang terakhir saya tidak ingat judulnya. Awak-awak EQ pun segera langsung ditagih uang urunan 15.000 oleh koordinator acara, yaitu Zul. Disisi lain ada salah satu teman yang menginformasikan bahwa minggu pagi akan diadakan wisata kuliner dengan moda sepeda onthel bersama Community Lampah-lampah Rajelas (komunitas informal dari BPPM (Badan Pariwisata dan Perjalanan Mahasiswa) Equilibrium).

Awak-awak EQ pun meninggalkan ruang Karaoke lalu langsung dilanjutkan sholat berjamaah di mushola Happy Puppy. Setelah itu, seperti biasanya, ritual pemfotretan pun wajib dilakukan, yaitu di halaman depan Happy Puppy. Semua wajah narsis pun dipasangkan semua awak EQ di hadapan kamera Jauhari Tak Tauh sekaligus sebagai penutup acara karaoke bersama selama 3 jam. Saya pun bareng Wana, partner semotor ketika datang, pamit dahulu kepada sebagian awak EQ yang berencana makan siang bareng di Mie Ijo daerah pinggir Selokan Mataram.

Akhirnya, acara karaoke ini pun selesai. Setelah tiga jam bersenang-senang dengan berkaraoke bersama awak-awak EQ, saya pun pulang dan kembali kepada kedukaanku persis sebelum saat ikut karaoke. Saya menyadari bahwa waktu karaoke saya menyanyikan lagu Terlalu Manis ciptaan Slank adalah benar adanya dari sisi maknanya. Namun “Terlalu Manis” ini bukan berarti dimaksudkan pada kenangan berkaraoke dengan awak EQ, melainkan pada seseorang yang tidak ada hubungannya dengan EQ, yaitu salah seorang yang menjadi bagian kehidupan pribadiku. Kemudian, saya sadar dan harus menegakkan wajah! Yang sudah biarlah berlalu. Berada dalam kenestapaan tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Toh juga saya punya teman-teman di EQ yang “Tidak Akan Mampu Melupakan dan Dilupakan”.

Note:

Saya merusak sejenak kegembiraan berkaraoke dengan memecahkan gelas. Saya ceroboh ketika mencoba keluar dari sofa depan dan tetap memaksakan untuk tetap melangkah padahal sedang crowded. Akhirnya kaki saya menyenggol gelas itu dan gelas jatuh terpecah di lantai. Pecahan kaca bergelimangan di lantai dan teman-teman menyingkir secara otomatis. Nyanyian pun berhenti dan teman-teman sibuk membereskan pecahan gelas. Alhamdulillah saya dan teman-teman tidak terkena kaca. The last word, saya minta maaf pada teman-teman yang terganggu dalam berkaraoke atas tindakan yang heboh ini. Peace, Love, Unity and Respect!!!

*Tulisan ini banyak mencomot hal-hal berbau Slank karena saya adalah Slankers

You Might Also Like

0 komentar

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK