Khidmat Imlek Klenteng Gondomanan

Februari 17, 2018


Setiap ada masyarakat etnis Tionghoa dan peranakannya di suatu tempat, pasti akan ada perayaan Tahun Baru Imlek. Di belahan dunia mana pun, tak akan luput dengan acara Tahun Baru China. Jogja tak terkecuali. Ritual Imlek di Jogja dipusatkan di dua kelenteng bersejarahnya, yakni Klenteng Kranggan dan Klenteng Gondomanan. Pada Tahun Baru Imlek 2569, saya turut menghormati ritual Imlek di Klenteng Gondomanan dan beruntung bisa mengabadikannya.

Klenteng Gondomanan atau Fuk Ming Liao telah ramai sejak pagi hari. Masyarakat Tionghoa begitu antusias menjalankan ritus berdoa bagi agama dan atau leluhurnya untuk menyongsong Tahun Anjing Tanah. Nama Fuk Ming Liao berarti kelenteng berkah tiada tara. Makanya, Kelenteng Gondomanan terkenal bagi khalayak Tionghoa sebagai tempat meminta berkah dan kemakmuran.

Asap pembakaran dupa, lilin dan kertas kuning memenuhi seantero ruangan. Pengap memang. Namun, hal ini tak menyurutkan orang lalu lalang terus bertakzim bergantian pada beberapa altar di penjuru-penjuru Klenteng. Tua muda begitu khusyuk memanjatkan doa sambil membakar dupa. Sungguh, pada momen ini, saya merasakan suasana kekhidmatan yang sungguh dalam.

Hadir di Klenteng Gondomanan seperti hadir pada salah satu tengara di Jogja yang sarat dengan nuansa toleransi. Riwayatnya, Klenteng Gondomanan berdiri di atas tanah yang menjadi hadiah dari Sultan Hamengkubuwono II untuk selirnya yang beretnis Tionghoa pada tahun 1854. Sejak adanya klenteng ini, masyarakat Tionghoa yang berabad-abad turut mengembangkan Kasultanan Yogyakarta bisa beribadah dengan lebih tenang. Makanya, sentuhan Jawa turut menghiasi arsitektur pada Klenteng ini, terutama pada bagian atap sumur langit.

Klenteng Gondomanan telah menjadi cagar budaya yang diregistrasi Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Menariknya, di lokasi ini sesungguhnya menjadi tempat ibadah dua agama, Konghucu dan Buddha. Di bagian depan adalah Klenteng Fuk Ming Liao, di bagian dalam merupakan Vihara Prabha. Saya juga sempatkan menuju ke bagian Vihara yang memiliki suasana lebih lengang dan bertempat lebih kecil.

Sebagai tengara toleransi, Klenteng Gondomanan begitu terbuka kepada masyarakat Jogja. Tak cuma saya, banyak warga turut masuk mengamati dan memotret ritual Imlek. Pihak Klenteng juga menyediakan narasi kepada sekelompok pengunjung tentang seluk beluk ritual Imlek, kehidupan masyarakat Tionghoa di Jogja dan Klenteng Gondomanan. Di halaman depan, banyak warga setempat berdiam dengan tenang untuk menunggu pembagian angpao dari umat Tionghoa. Bagusnya, keramaian para pengunjung tidak mengganggu kekhidmatan prosesi ibadah Imlek.

Seperti secuil potret di Klenteng Gondomanan, perayaan Imlek di Indonesia punya tradisinya sendiri yang telah hidup berharmoni dan berakulturasi dengan kehidupan Nusantara. Sebutan Imlek sendiri, hanya bisa dijumpai di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara. Masyarakat China lebih menyebutnya Perayaan Musim Semi (Chun-jie) atau Bulan Pertama yang Baru (Sin-Cia). Sementara, seantero dunia lebih suka merayakannya sebagai Chinese New Year dan Lunar New Year. Apapun itu, Imlek dirayakan dengan penuh kebahagiaan dan kegembiraan.

Teruntuk para sedulur Tionghoa sedunia, Selamat Tahun Baru Imlek 2569! Gong Xi Fat Cai, Sugeng Mangayubagyo!



















Kawan saya, blogger mas Ardian Kusuma www.ardiankusuma.com dan
mbak Indah Julianti www.indahjulianti.com menemani saya mengabadikan
Imlek di Klenteng Gondomanan.



You Might Also Like

9 komentar

  1. Tau gt ikut ya kalo ada pembagian angpao. Wkwkwkkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. kemana aja kak kmarin. Padahal angpao sudah menunggumu.. hihihi

      Hapus
  2. Kemarin pas di Cilacap pengen motret, tapi kutangguhkan karena banyak polisi yang jaga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung di Jogja ya, aman acara imleknya. Polisi menjaga sewajarnya.. :D
      Bebas foto-foto juga...

      Hapus
  3. Wah enaknya ya boleh motret di dalem. Kalo aku kemaren ke Tuban ruangan intinya nggak boleh dipotret. Tapi tetep asyik sih. :D
    Aku juga suka perpaduan warna merah, kuning di kelenteng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap menghargai aturan klenteng setempat. Memang beda-beda. Di jogja termasuk yang longgar aturannya, yg penting jgn sampai ganggu ritual.. :D

      Hapus
  4. Sungguh potret tolransi yang mengagumkan. Suka sama gaya bahasa tulisannya. Ringan dan berkelas.

    BalasHapus
  5. ikut menikmati suguhan gambar-gambarnya mas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Koh.. Selamat menikmati.. :D

      Di Jogja, beruntung klenteng-klentengnya terbuka dipotret. Mungkin, karena sebagai destinasi wisata sejak lama ya.. :D

      Hapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK