![]() |
Dawet Ayu Khas Banjarnegara |
Khas. Kekhasan selalu meminta pengalaman. Kekhasan senantiasa
merangsang percobaan. Apa yang khas dari Banjarnegara? Se-Nusantara akan
sepakat menjawab, apa lagi kalau bukan Dawet Ayu? Ibarat dua sisi mata uang,
dawet ayu dan Banjarnegara adalah dua
hal tak terpisahkan. Senantiasa melekat. Erat. Sebuah identitas khas. Tak
sempurna saat menjejak kaki di kota yang terletak di jalur tengah Jawa Tengah
ini, jikalau saya tak mengalami kenikmatan dawet ayu.
“Kakang kakang pada plesir, maring ngendi ya yi
Tuku dawet dawete Banjarnegara
Seger, anyes, legi.. apa iya?
Daweet ayu… Dawete Banjarnegara.”
Tuku dawet dawete Banjarnegara
Seger, anyes, legi.. apa iya?
Daweet ayu… Dawete Banjarnegara.”
Sebait lagu di atas adalah bagian dari judul lagu Dawet
Ayu. Setiap orang yang berada dalam budaya Banyumasan sudah tak asing lagi
dengan lagu ini. Lagu yang dipopulerkan grup lawak Banyumasan yang legendaris, Peang
Penjol, menyuguhkan sekilas kisah betapa dawet Ayu begitu segar, nikmat dan
manis. Betapa Dawet ayu telah menjadi bagian penting dari kehidupan orang Banyumasan.
Bahkan, katanya seseorang tak bisa dianggap orang Banyumasan kalau tidak tahu
lagu Dawet Ayu.
Khas. Paling khas menjajal Dawet Ayu di kota Dawet adalah di
warung dawet Pak Munardjo. Saya selalu menganggap, tempat terbaik mencoba yang
khas adalah di tempat yang orisinil. Tempat yang asli. Rahim dari sebuah penciptaan.
Dawet Ayu Munardjo di Jalan Dipayuda, Banjarnegara menyajikan orisinalitas rasa
dawet ayu Banjarnegara yang telah melintas kukuh selama tiga generasi. Jauh
sebelum dawet ayu diaku oleh tiap masyarakat Banjarnegara sebagai simbol
kebanggaannya kini.