Hikayat Gumuk Pasir di Laguna Pantai Lembupurwo

Oktober 11, 2014

Laguna Pantai Lembupurwo dan gumuk pasir.

Guratan bergaris-garis nan bergelombang memahat lembut gumuk-gumuk pasir yang memeluk sayang laguna hijau dengan paduan reflektif langit membiru dan awan putih berarak. Di jeda antara laguna dan lautan, bersemarak rimbunan pohon cemara udang yang menyuguhkan tarian anggun tatkala ditingkahi semilir angin samudera Indonesia. Sebuah hening, di ujung timur Kebumen, di Pantai Lembupurwo, saya nikmati dalam kesendirian, pagi itu.

Hanyalah, yang meriah di benak saya adalah imajinasi tentang teriakan penuh semangat orang-orang yang sandboarding di gumuk pasir pantai yang terletak di Desa Lembupurwo, Kec. Mirit, Kebumen. Saya bayangkan mereka meluncur dari gumuk pasir yang berketinggian 7-9 meter, merayapi pasir dengan papan sambil menjaga keseimbangan, lalu berakhir dengan terjun di laguna.

Byuuuur… Basah di tengah kerontang panas. Ada keseruan luar biasa yang memuaskan dahaga sang pemberani. Tempat ini, saya bayangkan, punya potensi untuk lebih menantang dibandingkan gumuk pasir Parangtritis, Yogyakarta yang telah jauh lebih terkenal.

Tapi, ternyata itu kan sekedar imajinasi saya yang daritadi dibunuh sunyi sendiri. Kapan ada realisasi? Siapa mau memulai? Saya pun tertawa sendiri.

Saya bangkit dari imajinasi absurd ini. Saya tertarik melangkahkan kaki menuju tepian pantai. Sebuah jembatan bambu yang  yang membelah sudut tersempit laguna menjadi tempat titian saya untuk menyeberang. Jembatan ini membelah kerumunan pohon bakau yang tampak belum merimbun karena masih berusia muda. Setiba di ujung jembatan, saya langsung disambut oleh pepohonan cemara udang yang sanggup meneduhkan di tengah terik pagi yang telah ditelan siang.

Cemara udang yang menghampari Pantai Lembupurwo adalah rangkaian dari narasi indah nan bijaksana program pemerintah menghijaukan pesisir selatan Pulau Jawa. Selain demi meneduhkan, hutan cemara udang berguna untuk membentengi pesisir dari ancaman abrasi, terjangan tsunami dan meredam terpaan kencang angin samudera yang membawa debu pasir halus. Pepohonan cemara udang di Pantai Lembupurwo sudah tumbuh tinggi dan sepertinya mulai menampakkan fungsinya.

Sebuah perahu bersandar di tepian laguna, terikat pada sebuah pohon cemara udang yang masih muda. Di sampingnya, Slamet sedang terduduk mengaso. Tapi, perahu itu bukan milik Slamet. Slamet hanya sedang istirahat setelah selesai dari rutinitas setiap pagi mencari ranting kayu di hutan cemara udang.

Sebenarnya Slamet juga punya perahu yang biasa dia jalankan untuk mencari ikan. Sebagian masyarakat Lembu Purwo ini memang hidup bermata pencaharian sebagai nelayan. Namun, siang itu, laut sedang bergejolak sehingga nelayan Desa Lembupurwo memilih libur. Sebagian perahu memilih bersandar, coba mencari peruntungan di laguna yang tenang untuk memanjakan masyarakat yang ingin merasakan sensasi ‘sekedar’ naik perahu. Maklum, naik perahu bagi masyarakat Jawa bagian selatan itu adalah sebuah hiburan yang luar biasa.   

“Kalau Lebaran dan Hari Libur, saya juga memilih mengoperasikan perahu untuk wisata keliling laguna di Pantai Lembupurwo. Lumayan mas hasilnya.” ungkapnya

Jembatan bambu yang membelah kerumunan pohon bakau.

Hutan cemara udang di Pantai Lembupurwo. Upaya penghijauan sepanjang pantai selatan Jawa.
Perahu yang digunakan untuk jasa keliling laguna bagi wisatawan.
Ketinggian gumuk bisa mencapai 10 meter yang bersanding manis dengan laguna.

Selama ini, Pantai Lembupurwo telah dikenal sebagai pantai musiman yang ramai saat Lebaran. Jatahnya hari kedelapan dan kesembilan Lebaran, Pantai Lembupurwo mengalami puncak keramaian di sepanjang pantai-pantai Kebumen. Ribuan masyarakat Kebumen sebelah timur dan Purworejo sebelah barat akan berbondong-bondong datang ke pantai yang dikenal juga dengan nama Pantai Rowo ini. Tujuannya untuk liburan sekaligus menjalankan ‘tradisi’ ke laut setiap kali hari Raya Idul Fitri.

Syukurlah, beberapa tahun ini Pantai Lembupurwo mulai dikembangkan sebagai pantai wisata yang diinisiasi oleh pemerintah dan masyarakat desa Lembupurwo. Saya rasa berita ini sangat bagus dan harus makin berkembang lebih jauh. Di Pantai Lembupurwo, telah bergeliat aneka laku ekonomi warga setempat. Di gerbang masuk pantai, beberapa warga sudah mendirikan warung dan membukanya rutin setiap hari. Beberapa nelayan juga menyediakan jasa perahu keliling laguna.

Pantai Lembupurwo sesungguhnya punya potensi lebih besar dari sekedar sebagai pantai untuk melihat laut, pantai berpasir, pantai berlaguna, pantai bercemara udang. Kawasan pantai ini bisa dikembangkan menjadi lokasi asyik untuk sport tourism seperti sandboarding, bikecross, dan sebagainya. Masyarakat Lembupurwo bisa mengembangkan lebih jauh wisata kuliner seafood. Tradisi luhur budaya yang berabad-abad merasuk masyarakat Lembupurwo dan sekitarnya seperti Sedekah Laut juga bisa dikemas lebih menarik sepaket pengembangan pantai ini.

Saya hanya berharap, dalam pengembangan selanjutnya, masyarakat setempat lah yang harus menjadi panglimanya dengan ‘kendaraan’ pemerintah desa yang berkoordinasi pemerintah daerah. Investor lokal bisa diundang untuk memperbesar pendanaan. Tentu, jangan sampai lokasi yang mulai menjadi ruang lapang untuk kesejahteraan masyarakat desa ini jatuh ke tangan ‘orang luar’ yang semata datang membangun demi kepentingan bisnis. “Kalau bisa ‘dipegang’ orang sendiri, kenapa harus diserahkan orang luar?”

Matahari mulai menerik, siang makin riang. Saya kini tepat menghadap di gulungan ombak Samudera Indonesia yang tak lelahnya berkejar-kejaran untuk memeluk daratan Jawa yang dihadang pasir hitam. Tapi, saya rasa untuk panorama seperti ini sudah sangat biasa, selayaknya pantai-pantai selatan di Jawa. Tak ada yang istimewa dengan momen ombak di Pantai Lembupurwo.

Kehadiran saya di batas samudera ini hanyalah menjalankan laku seperti biasanya. Jika pergi ke pantai selatan Jawa, pasti saya akan membiarkan kaki saya dibelai sejuk oleh air samudera meski hanya sesaat saja. Saya sekedar melepas rindu lama tak bercumbu dengan air laut selatan Jawa.  Karena, sesungguhnya saya datang ke Pantai Lembupurwo adalah untuk menikmati khasanah gumuk pasir dan laguna yang unik, sembari berimajinasi sandboarding dan semacamnya yang tak tahu kapan terealisasi menjadi nyata.

Kapan ada realisasi? Siapa mau memulai?


Batas samudera Pantai Lembupurwo yang tak ada bedanya dengan pantai lain. 
Akan menjadi lebih menarik jika pohon bakau tumbuh di beberapa sudut laguna.
Mengaso. Rehat setelah sepagian memungut kayu di hutan cemara udang.
Refleksi menakjubkan dari laguna. Bagus untuk memburu sunset.
Melintas di gumuk pasir.
Punya potensi besar untuk sport tourism andalan Kebumen.

You Might Also Like

8 komentar

  1. fotonya bagus-bagus banget mas iqbal :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. mbak Wulan.. semoga foto2 yang bagus ini bisa semakin menarik mbak wulan untuk main ke sini dan jelajah kebumen.. Yeaaay.. :D
      makasih udah berkunjung..

      Hapus
  2. pemandangan yang sangat indah, ingin rasanya bisa berkunjung ditempat tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mari Dreamland Beach Bali main ke Kebumen, ke Pantai Lembu Purwo. Bawa alat sandboarding.. :D

      Hapus
    2. Ini pantai yg ada di acara my trip my adventure di trans tv edisi minggu 1 maret 2015, bukan siih?

      Hapus
    3. Iya betul mbak Retna Pujiarti,, Pantai ini adalah pantai yg dikunjungi MTMA.. Tapi kayaknya tidak banyak dieksplor gumuk pasirnya oleh tim MTMA. Terima kasih sudah berkunjung ke blog saya dan komen.. Salam kenal..

      Hapus
  3. siap explore di hari terkahri kebumen....

    BalasHapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK