Suguhan Riang Wisata Lingkar Tambang Sumbawa Barat

Maret 06, 2016

Dua bocah memeriahkan pesona Pantai Lawar.

Saya pikir, orang salah besar datang ke Sumbawa Barat kalau hanya untuk perkara tambang di Newmont Batu Hijau. Kabupaten yang menempati bagian paling barat Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ternyata menyuguhkan pesona keindahan alam, kekayaan budaya, dan keramahan masyarakat yang berkesan. Mengalami langsung dalam Sustainable Newmont Bootcamp 14-22 Februari 2016 lalu,  saya dipaparkan betapa wisata di lingkar tambang Batu Hijau PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) adalah untaian keindahan yang perlu disambangi bagi traveller yang mendamba sepenggal surga di bumi.

Perlu diingat, wisata ini adalah wisata lingkar tambang, bukan wisata tambang. Saya tak bisa menyarankan open pit Batu Hijau PT NNT sebagai destinasi wisata. Akses umum di perusahaan tambang tidaklah gampang, kecuali kita diundang dan ada sponsor dari pihak PT NNT. Namun, para pejalan tak usahlah ragu untuk melancong ke destinasi-destinasi yang berada di kawasan lingkar tambang PT NNT. Kita akan menjumpai pameran keindahan, cantiknya pantai, menantangnya ombak, anyesnya air terjun, kekaguman alam bawah laut, wisata outbond, dan aneka kerajinan masyarakat.

Saya dengar dari Pak Arifin, seorang warga Maluk, bahwa geliat wisata di area pesisir barat dan selatan Sumbawa Barat berkembang seiring beroperasinya PT NNT. Selain kebutuhan untuk rekreasi para karyawan tambang dan keluarganya, minat petualang pemburu ombak terbaik dari mancanegara juga menjadikan kawasan lingkar tambang ini semarak. Tak kalah pula, wisatawan domestik mulai menyanjung keindahan sepi pantai yang masih jauh dari hiruk pikuk atensi.

Open Pit Batu Hijau, bukan tempat wisata lho. :P. Kalau mau hadir di sini, ikut Newmont Bootcamp ya.
Infrastruktur yang dibangun PT NNT untuk mengembangkan wisata di Pantai Maluk.

Di beberapa destinasi, bagusnya PT NNT turut hadir mendorong pengembangan tempat wisata untuk bisa menyamankan wisatawan. Semisal, di Pantai Maluk, beberapa infrastruktur dibangun yang membuat panorama makin enak disesap serta bimbingan pelaku usaha untuk merangkai destinasi ini meriah dengan kuliner dan usaha-usaha lainnya. Akses jalan ke pantai-pantai pun nyaman berkat bantuan dari PT NNT. Promosi keindahan wisata di Sumbawa Barat melalui media online dan offline dalam wujud foto, video, artikel dan event juga gencar digalakkan PT NNT.

Bukankah destinasi-destinasi ini tak terlalu sulit dijangkau? Hanya cukup ditempuh 1,5 jam menyeberang dari Pulau Lombok yang telah masyhur menjadi destinasi wisata kelas dunia. Ada dua kali per hari penyeberangan Ferri Cepat Tenggara Satu PT NNT (pukul 08.00 dan 14.30) yang bisa digunakan pula oleh para wisatawan. Namun, hindari jam sibuk karyawan PT di awal dan akhir pekan. Atau, kita bisa menggunakan penyeberangan rutin ferry Kayangan Lombok – Pototano Sumbawa yang lanjut disambung bus Pototano – Maluk.

Rasanya saya perlu berkisah tentang pesona-pesona yang terhampar di lingkar tambang PT NNT. Sedari sekarang, referensi travelling di Indonesia pun harus memasukkan wisata Sumbawa Barat. Angkat ranselnya, ayo Travellers!


Sanjungan Senja dan Ombak Pantai Rantung

Saya datang ke Pantai Rantung saat mentari belum pulang kepada malam dan masih murah hati menyuguhkan sinarnya yang terik menghampiri kulit. Sore itu, SMB PT NNT sudah menginjak hari keempat dan inilah kesempatan pertama kami untuk memesrai khasanah pantai di lingkar tambang Batu Hijau. Gairah atas bau laut dan semilir angin gagrak Sumbawa akhirnya tersalurkan pada pantai yang terletak di Desa Rantung, Kecamatan Sekongkang.

Saya menyesap sore jelang senja di pantai Rantung.
Para surfer selesai berselancar sore itu. Saatnya pulang. 

Duduk di atas pasir adalah cara saya biasa menikmati sore dan senja di pantai. Cara yang lebih biasa lagi ialah sambil mengabadikan lanskap di hadapan mata dengan kamera saya. :D Saya tentu harus khusyuk melakukan laku rutin ini di Pantai Rantung. Suasana sunset yang megah dengan taburan awan yang mewah, siapa yang tak akan takjub dibuatnya? Teriring pula alunan lemah ombak yang sudah dipecah oleh dua pulau (gili) kecil nan berbatu yang menjadi tengara alam khas Pantai Rantung. 

Selintas, seorang peselancar dengan papan selancarnya berjalan di hadapan saat saya sedang asyiknya menyanjung senja Rantung. Bukan soal keindahan alam saja, Pantai Rantung adalah sebongkah surga bagi penggandrung selancar. Tak dinyana, ombak Pantai Rantung termasuk dalam daftar ombak terbaik di dunia. Sisi pantai yang menyepi di sebelah kanan dari tempat saya duduk ternyata meriah dengan para peselancar.

Meskipun lokasinya tak gampang didatangi, tak terhitung lagi peselancar internasional telah hadir untuk menjajal tantangan ombak pantai yang dikenal juga sebagai Pantai Yoyo. Konon, masyarakat sekitar menamai Yoyo karena ombaknya tak berhenti naik turun bergulung panjang dengan ketinggian di atas 2 meter. Dengan kondisi ini, peselancar tersedot berfantasi untuk memainkannya layaknya bermain yoyo.

Malam mulai lirih menggelap, mega senja makin ramai menjejak. Sepuluhan peselancar bule tampak pulang terpuaskan surfing sesorean dari pantai ke penginapan sambil mantap menenteng papan selancarnya. Memang, harus diakui Pantai Rantung lebih jadi favorit bagi turis asing. Mereka rela berminggu-minggu tinggal di Rantung yang sunyi untuk menikmati asyiknya surfing. Seperti pengalaman dua bule asal Prancis dan Portugal tatkala tiga hari berikutnya saya jumpai di suatu rumah makan di gerbang security PT NNT.

“Saya sudah dua minggu di sini dan sekarang ketiga kalinya saya surfing di Rantung.” ungkap si Prancis itu.

Cakepnya lebih lengkap senja Pantai Rantung ada di kisah ini -> 
http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/sanjungan-senja-dan-ombak-pantai-rantung.html


Menjemput Pelukan Anggun Pantai Maluk

Teluk yang lapang, didekap sayang perbukitan hijau menggembirakan, dengan hamparan pasir putih memanjang yang menjadi batas menakjubkan dengan lautan berhijau toska. Siapa yang tak tahan untuk berlarian mengejar pelukan pesona Maluk? Di kejauhan para peselancar sedang memainkan keahliannya di antara kejar-kejaran ombak yang mengalun rancak. Bagi yang mendamba ketenangan, duduk di rindang pepohanan sambil memandang lanskap anggun Pantai Maluk adalah pilihan syahdu. 

Shouma, salah satu Bootcampers, sedang mengagumi Pantai Maluk. 
Pantai Malu(K). Inilah biasanya tengara yang jadi favorit wisatawan berfoto eksistensi di Pantai Maluk.

Saya lebih memilih duduk di gazebo publik Pantai Maluk sambil menikmati sedapnya seafood dan segarnya air kelapa muda. Sedari perut sudah agak kenyang, ayo mainkan suguhan kuliner paling dinantikan di Pantai Maluk. Pesanlah Rarit, dendeng pedas khas Maluk Sumbawa. Lengkapilah juga dengan sayur sepat yang biasa disantap masyarakat Sumbawa. Bagaimana rasanya? Mantap! Sekarang tinggal terkantuk-kantuk disemiliri angin Selat Alas yang mampu menyela panasnya Sumbawa. 

Pantai Maluk yang terletak di Desa Maluk, Kecamatan Maluk ini menjadi pantai paling populer dari serangkaian pantai di kawasan lingkar tambang PT NNT. Aneka fasilitas telah tersedia untuk membuat nyaman wisatawan. Tersedia ikon tulisan P-A-N-T-A-I- -M-A-L-U-K- yang biasanya menjadi penjejak kesan untuk diabadikan penggandrung foto, seperti saya ini. Berugak alias gazebo khas Sumbawa juga menghias di berbagai titik menjadi peneduh pengunjung menikmati suasana.

Bagusnya, di Pantai Maluk kita bisa melihat langsung konservasi penyu yang bisa menjadi sarana edukasi masyarakat untuk menjaga kelestarian ekosistem. Konservasi penyu ini digagas oleh PT NNT sejak tahun 2009 untuk menyadarkan masyarakat sekitar yang tadinya gemar mengonsumsi telor penyu. Area Pantai Maluk dan sekitarnya memang jadi tempat alami pendaratan dan peneluran penyu. Sore itu, bootcampers melepas 20 ekor tukik – penyu bayi – berumur 5-6 bulan ke lautan lepas.

“Lumayan, sejak ada konservasi penyu, masyarakat tidak lagi makan telur penyu. Jika menemukan, mereka lebih pilih menyerahkan ke sini. Kami ganti Rp 20 ribu per 3 ekor.” ungkap Arifin Rayis, koordinator konservasi Penyu Maluk.

Satu lagi yang tak bisa dilewatkan di Pantai Maluk: sesaplah sunsetnya sepenuh jiwa. Beruntung sore itu, saya menjadi saksi langsung! Sang bulat baskara turun begitu anggun dipeluk cakrawala yang kuning emas merona. Seketika itu, saya luruh pada pelukan Maluk dan terenggut pada langit senja yang menjejak beraneka warna.

Baiknya, lihat lanskap lebih utuh tentang Pantai Maluk di sini  -> 
http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/menjemput-pelukan-anggun-pantai-maluk.html


Menengok Elok Teluk Benete

Bagi PT NNT, Teluk Benete menjadi salah satu urat nadi transportasi. Dari sinilah, konsentrat hasil tambang dikirim ke berbagai smelter di dunia. Dari sini, para karyawan datang dan pergi dari berbagai daerah di Indonesia. Dari sini juga, pasokan barang dan peralatan datang dari aneka pulau seberang. Dari Benete lah, saya dan Bootcampers menginjakkan pertama kali di ‘negeri’ Newmont Batu Hijau. Namun, saya punya persepsi, Benete tak sekedar tentang aktivitas PT NNT, lanskap yang tersaji juga menyiratkan keindahan imaji.

Jernihnya perairan di sekitar Pelabuhan Penumpang Benete.
Karang yang tumbuh di reefball konservasi PT NNT di Benete. Foto: Dhanang Puspita www.dhave.net

Sore itu jelang senja hari, ferry cepat Tenggara Satu mulai merasuk ke teluk yang berada di Kecamatan Maluk. Perbukitan di sekelilingnya menyambut dengan hijau segarnya. Perairan tenang, angin pelan, langit cerah, mentari tampak riang memancarkan sinarnya. Di kejauhan, perahu nelayan setempat lalu lalang memancing dan atau menjala ikan di perairan sekitar teluk. Di dekat dermaga beningnya lautan menampakkan ikan-ikan kecil di kedalaman. Ah, sungguh mengejutkan di area yang dekat dengan aktivitas PT NNT, ternyata kualitas lingkungan tetap saja bagus menggembirakan.

Saya tiba lagi di Teluk Benete pada pagi hari yang ceria terpancarkan sinar surya. Saya punya agenda bersama kapal Tenggara Explorer untuk mengikuti bagian Environmental PT NNT melakukan pemantauan kondisi perairan di sekitar PT NNT. Baik pagi maupun sore, panorama Teluk Benete sama saya, tetap ciamik untuk dipandangi dengan manisnya perbukitan dan jernihnya perairan. Spesial pagi, kabut-kabut tipis mengambang di perbukitan dan pemukiman yang melingkari Teluk Benete. Misty Benete!

Bagaimana dengan keindahan bawah lautnya? Saya tak mengalaminya langsung, tapi kisah dari Bootcampers yang menyelam di Teluk Benete sungguh mengundang pikat suka. Saksikanlah terumbu karang dan biota laut mewarnai kedalaman perairan Benete. Yang mengagumkan, sebagian karang ini adalah hasil konservasi PT NNT untuk memulihkan lingkungan Teluk Benete yang dulunya hancur akibat penggunaan bom ikan. PT NNT telah menanam ratusan reefball di area Teluk Benete yang hasilnya sekarang telah kelihatan mengembalikan ekosistem. 

Simak lanskap lebih lengkap tentang Teluk Benete di sini ya -> 
http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/menengok-elok-teluk-benete.html

Atau, cerita keindahan lebih lengkap alam bawah laut Teluk Benete bisa dilihat di tulisan kawan bootcampers yang menjajal langsung dengan ber-diving ria: www.dhave.net dan www.adhikurniawan.com


Santai Melawat ke Pantai Lawar

Jika sebelumnya saya berkunjung ke pantai yang lapang, Pantai Lawar adalah pesona yang tersembunyi pada sebuah teluk yang sempit menghimpit. Tapi, tetap saja tipikal pantai di lingkar tambang adalah pantai pasir putih yang cantik terhampar. Dibataskan oleh tebing perbukitan terjal dan dijamu oleh lautan menghijau yang dalam, Pantai Lawar menjadi suguhan elok yang memanjakan jiwa sore itu – menutup keseruan hari keenam SMB PT NNT.

Sapi-sapi masyarakat dilepas untuk merumput. Meramaikan Pantai Lawar yang sepi.
Asyiknya panorama Pantai Lawar yang berpadu pasor putih, batuan dan lautan jernih.

Di Pantai Lawar sesungguhnya terdapat penginapan yang cukup menjanjikan. Namun, karena suatu masalah, bangunan yang dulunya meramaikan pantai yang terletak di Desa Sekongkang Bawah ini sementara tutup dan terbengkalai. Jadilah, sapi-sapi warga yang berkeliaran merumput itu yang menjadi pengisi kesunyian. Dari letaknya, Pantai Lawar memang cukup tersembunyi. Makanya, tak banyak wisatawan yang melawat santai di pantai yang memang pantasnya sebagai pantai ‘privat’ saja.

Ada satu hal yang cukup mengganggu di balik keindahannya. Kentara, sampah-sampah berserakan di atas pasir putihnya yang halus. Potongan ranting, sampah plastik dan sandal bertebaran mencacatkan keindahan Pantai Lawar. Untungnya, tampak ada beberapa warga yang mengaku merawat penginapan itu bergiat membersihkan sampah.

“Sampah ini datangnya tiap hari, sudah dibersihkan muncul lagi. Masih banyak masyarakat yang suka buang di laut” ungkap salah satu dari mereka.

Menikmati Pantai Lawar, saya memilih untuk menuju ujung hamparan pasir yang lebih berhiaskan semarak batuan. Saya ingin lebih santai dan intim dalam sunyi Pantai Lawar sekaligus mengabadikan indahnya secara long exposure. Keunikan formasi batuan tebing yang bergurat bisa sekilas memantik perhatian saya. Rasanya, Pantai Lawar perlu lama dimesrai dalam kesepiannya. Harapannya, menyongsong senja pun akan sangat indah karena pantai ini tepat menghadap ke penjuru barat.

Namun, tak ada senja sore itu. Mendung hitam telah menggantung pekat di langit Sekongkang. Kami pun bergegas kembali ke haribaan site PT NNT. Dan rasanya, karena belum menyerap tuntas saripati keindahan Lawar, saya perlu mengulang pada kesempatan selanjutnya. Saya ingin mengajak kekasih dan buah hati saya menyanjung cantiknya Pantai Lawar bersama-sama.

Keindahan lebih komplit Pantai Lawar ada di sini -> 
http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/santai-melawat-ke-pantai-lawar.html
 

Air Terjun Perpas yang Memberantas Panas

Di rimbun belantara hutan lingkar tambang PT NTT, ada kejutan yang menyenangkan dalam serupa air terjun yang mengalir deras. Apa yang biasa dibayangkan tentang area tambang yang menguras air bersih atau mencemari sumber mata air, seketika tumbang saat saya menjumpai Air Terjun Perpas. Terletak manis di Desa Kemuning, Kec. Sekongkang dan dekat dengan site Batu Hijau, Air Terjun Perpas adalah permata segar di tengah teriknya tlatah Sumbawa.

Bli Putu (www.fotosintesa.com) gagah berani loncat yang dikagumi Bootcampers lainnya.
Mari serap sari pati alam Perpas. 

Butuh perjalanan 45 menit untuk tiba pada kesunyian Air Terjun Perpas. Seperti lazimnya menjangkau sang permata, jangan bayangkan sudah tersedia setapak yang nyaman. Bootcampers menyusur jalan tanah yang awalnya lapang lalu pasca menyeberang sungai lantas jadi menyempit. Rimbunan pepohonan tegak menjulang diiringi sekilas kicauan burung yang tak ramai lagi karena hari sudah siang. Tak jarang, kami juga berjumpa dengan pohon melintang yang tumbang. Ah, asyiknya perjalanan yang seperti melemparkan kita ala ala “get lost”

Menariknya, perjalanan kaki kita juga teriring bersama pipa saluran air bersih yang dialirkan dari Air Terjun Perpas. PT NNT membangun sarana penyediaan air bersih bagi warga Sekongkang dengan memanfaatkan debit melimpah Air Terjun Perpas. Di tengah jalan, kami berjumpa dengan instalasi gravitasi bantuan PT NNT untuk menampung dan mengalirkan air. Pemanfaatan air bersih dari Perpas ini kini dikelola oleh PDAM Sumbawa Barat. Ada tiga desa yakni Sekongkang Atas, Sekongkang Bawah dan Kemuning yang memperoleh berkah dari air bersih Perpas. Selain sebagai air bersih, aliran Sungai Plampu – sungai aliran Perpas, dimanfaatkan sebagai sumber irigasi warga.  

Perpas, bukanlah air terjun tunggal yang langsung mengucur dari ketinggian. Perpas adalah air terjun bertingkat-tingkat dan merayap-rayap dimana salah satunya memiliki kubangan menyegarkan yang wisatawan bisa melampiaskan mandi bersenang-senang. Kami tiba pada suasana tatkala kami adalah satu-satunya wisatawan di kediaman pesona ini.

Tetiba, saya cukup terusik tatkala menyaksikan guratan hina vandalisme yang mencemari salah satu batuan. Dan, ini cukup besar. Saya masih tak habis pikir apa sih yang bisa dibanggakan dari coret-coretan tak bertanggung jawab ini. Eksistensi? Biar terkenal? Padahal, tak ada yang salut pada perbuatan ini, kecuali para orang yang akalnya tak waras.

Byuuur.. Bram (https://www.youtube.com/artnet2nd) yang lalu disusul Bli Putu (www.fotosintesa.com) melompat dari batuan untuk memulai keseruan di Air Terjun Perpas. Yang lainnya menyusul dengan menceburkan pada kesegaran kubangan kolam Perpas. Canda tawa bootcampers lainnya sukses memberantas sepi sambil asyik masyhuk menyantap pesona dengan perangkat kamera. Nah, saya memilih menyendiri di satu sisi sunyi, menyerap saripati air terjun Perpas dan hutan sekitarnya yang asri lestari.

Anyesnya Perpas makin asyik ada di artikel ini -> 
http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/air-terjun-perpas-yang-memberantas-panas.html


Hutan Wisata Lawar yang Mengedukasi dan Menguji Nyali

Tak semua suguhan wisata lingkar tambang adalah murni sajian alam yang sedari awal berbasiskan keindahan. Hutan Wisata Lawar dirintis dengan semangat memberikan edukasi tentang pentingnya kelestarian alam. Sejak tahun 2008, wanawisata yang tak jauh dari Pantai Lawar ini dikembangkan oleh Yayasan Pengembangan Sumbawa Barat (YPSB) yang berada di bawah naungan CSR PT NNT. Hutan Wisata Lawar terhampar manis pada area seluas 13 Ha pada kontur yang berpadu antara rata dan berbukit.

Menjajal serunya Flying Fox di Hutan Lawar.
Ikhsan menjajal nyali di jembatan gantung. 

Bootcampers datang saat Hutan Wisata Lawar tampak sepi. Maklum, hanya akhir pekan, Sabtu-Minggu destinasi ini biasanya akan ramai dikunjungi pengunjung yang rata-rata berasal dari Sumbawa dan Sumbawa Barat. Namun, tetap saja kami mendapati sambutan meriah dari aneka tumbuhan, semisal mahoni, nangka, jabon, kersen, jeruk, dan bungir. Hutan Wisata Lawar memang diproyeksi sebagai tempat pengembangan kayu lokal, kebun botani mini dan apotik hidup untuk tanaman obat-obatan. Hutan Wisata Lawar bekerja sama dengan Community Development (Comdev) PT NNT di Maluk dalam penyediaan bibit-bibit tanaman.

Kunjungan ke Hutan Wisata Lawar tak melulu soal edukasi alam. Sejak awal 2015 digagas wisata berbasis petualangan menantang adrenalin. Tersedia berbagai sarana outbond yang pantas dicoba untuk menguji nyali. Siapa yang berani untuk menjajal serunya Flying Fox, Jembatan Gantung, Jembatan Jaring Laba-laba, Menara Air, dan aneka wahana menantang lainnya? Asyiknya, wisatawan juga bisa melakukan aktivitas camping di Hutan Wisata Lawar sambil mengakrabi kekayaan hayati.

Foto lebih banyak tentang serunya Hutan Wisata Lawar ada di sini -> http://diasporaiqbal.blogspot.co.id/2016/03/hutan-wisata-lawar-yang-mengedukasi-dan.html


***

Anugerah wisata di lingkar tambang sesungguhnya adalah bekal langgeng untuk kesejahteraan masyarakat dibandingkan kemeriahan tambang PT NNT yang bakal selesai pada 2038. Pariwisata bisa menjadi sumber daya yang bisa terus diperbaharui ketika dikelola dengan kesungguhan hati. Sayang, potensi emas wisata belum berjumpa akrab dengan keyakinan masyarakat sebagai penggerak roda ekonomi di masa depan. Obrolan bersama Agus Futrahadi, kepala sekolah SMKN Maluk adalah salah satu gambarannya. 

“Kami pernah coba survey untuk buka jurusan pariwisata, tapi hasilnya, masyarakat tidak banyak yang berminat.” tutur putra daerah asli Maluk ini.

Saya duga, barangkali wisata di daerah Sekongkang dan Maluk yang sudah dikunjungi wisatawan asing belum cukup aduhai untuk dilirik masyarakat setempat. Fokus utama masyarakat masih pada perkara bisa hidup dari bergelimangan tambang dan aneka turunannya. Bisa jadi pula, wawasan soal pariwisata yang menyejahterakan belum gamblang diterima masyarakat.

Jujur, menyaksikan pesona Sumbawa Barat bagian selatan dan barat di lingkar tambang, saya berkesimpulan tak kalah dengan keindahan kawasan wisata Mandalika di Lombok bagian selatan maupun di daerah Bali selatan. Ini hanya soal waktu saja, manisnya gula wisata akan menghampiri kawasan yang kini menempati lingkar tambang PT NNT. Nah, tidakkah ini berita bagus yang menggembirakan warga setempat bahwa ladang kesejahteraan tak hilang paska PT NNT sudah hengkang.

Tinggal kini, siapakah yang bergegas mendorong masyarakat  sadar wisata dan mau menopang wisata yang sudah mulai bergeliat ini? Pemda Sumbawa Barat? PT NNT? Masyarakat setempat? Investor swasta? Baiknya semua harus berkolaborasi. Nah, yang pasti, jangan menunggu setelah tahun 2038 baru disiapkan, bukan?

Satria dan Boni dua bootcampers yang paling muda, melakukan lompatan riang senja Pantai Rantung.
Serunya menikmati bersama Air Terjun Perpas
Lanskap menawan persawahan di Maluk. 

You Might Also Like

12 komentar

  1. SUBHANALLAH . . . LENGKAP NIAN MAS, Sukaaaa reviewnya. Bunda share yaaw

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih sekali Bunda..
      semoga bisa bermanfaat untuk banyak orang..

      Hapus
  2. Semoga daerah lingkar tambang bisa mandiri mengembangkan pariwisata nya dan ngak beegantung pada NNT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin.. sepakat sekali kak Cumi.
      PT NNT selesai, wisata di daerah Maluk dan Sekongkang harus sudah berkembang. Inilah lahan kesejahteraan sesungguhnya.

      Hapus
  3. Waw...kereen..Terimakasih sudah mempromosikan wisata KSB...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas Aan..
      Senang bisa bantu promosikan keindahan daerah2 di Indonesia.
      Nah, KSB udah, besok giliran Sumbawa.. Temenin keliling2 ya mas.. :D

      Hapus
  4. Wow keren semua foto-foto pemandangannya..Habis ini KSB bakalan ramai nih diserbu wisatawan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah makasih bu Evi.. Harus ni KSB diserbu wisatawan, tak cuma para pencari kerja di tambang Newmont, ehehe

      Saya juga pingin balik lagi turut menyerbu wisata KSB, :D

      Hapus
  5. Duh foto2nya bikin kangen mantai di sanaaaaa ...

    Apik2 tenan Mas ... :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mas Timo kadungcampur.com

      ehehe, dari objek2nya memang juga udah keren..

      Hapus
  6. Kali ini foto2mu mengalihkan duniaku,Iqbal hehehe. Uapik tenan. Bikin kangen Sumbawa Barat

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaaah... klo kutambahin fotonya pak Markus, kayaknya akan lebih betah lagi baca tulisan ini.. wkwkw

      terima asih bunda dosen.. pingin main lagi juga ke Sumbawa Barat.

      Hapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK