Membelah Pulau Seram | TELUSUR MALUKU #2

Maret 09, 2015

Senja di Negeri Sawai yang terletak di seruang sunyi di Pulau Seram bagian utara.

Jika hari Minggu, hanya ada satu jadwal kapal cepat Cantika Ekspress dari Pelabuhan Tulehu, Ambon ke Pelabuhan Amahai, Seram, yakni pukul 10.00 WIT. Jika Senin - Sabtu, ada dua jadwal kapal cepat yakni pukul 09.00 dan 15.00 WIT.  Saya menyeberang ke Amahai bersama ratusan penumpang lain yang  menyesaki armada tumpuan masyarakat Maluku ini. Saya beruntung meskipun berada di kelas ekonomi tapi masih dapat tempat duduk.

Selama tiga jam perjalanan, suasana kapal ini begitu meriah dengan berbagai obrolan seputar kehidupan masyarakat di daerah yang didominasi kepulauan ini. Kapal cepat membelah perairan di gugusan Kepulauan Lease yang beruntaian manis, berjajar dari Pulau Haruku, pulau Saparua, pulau Molana, pulau Pombo dan pulau Nusalaut.

Laut yang teduh mengantarkan kapal tiba dengan lancar di Pelabuhan Amahai. Kerumunan penjemput bersiap di dermaga. Saya memilih naik angkot menuju kota Masohi, kota terbesar di Pulau Seram dan ibukota Kabupaten Maluku Tengah. Di  kota yang juga lengang di kala Minggu ini, saya dan Mega berjumpa dengan Bang Deddy, supir angkutan jurusan Sawai.  Penting diketahui bahwa tidak banyak angkutan ke Sawai.  Barangkali mobil milik Bang Deddy adalah satu-satunya transportasi umum ke Sawai hari itu.

Awalnya, kami ingin langsung ke Pantai Ora dan menginap di Ora Eco Resort. Namun, penginapan yang ciamik di atas perairan ini sudah fully-booked jauh-jauh hari. Saya merencanakan perjalanan dua minggu sebelumnya sehingga tidak kebagian penginapan di Pantai Ora. Alhasil, atas saran kawan, bagusnya saya menginap di Negeri Sawai. Di kampung tetangga Pantai Ora ini terdapat penginapan Lisar Bahari yang juga bertengger di atas perairan laut ini. Dari Sawai, Pantai Ora nanti bisa ditempuh selama 15 menit dengan perahu boat.

Jalanan yang mendatar selama setengah jam berganti dengan jalanan berkelak-kelok nan menantang. Rimbunnya hutan mewarnai kendara kami membelah Pulau Seram. Perjalanan kami harus berpindah dari Masohi di pesisir selatan ke Sawai di pesisir utara Pulau Seram. Dalam mobil, bergabung pula Desfinna, turis asal Yunani yang ber-solo travelling, yang punya tujuan sama dengan kami, ke Ora tapi ke Sawai terlebih dulu.    

Sepanjang perjalanan sangat jarang dijumpai perkampungan. Jangan bayangkan seperti di Jawa, meskipun membelah hutan tapi bisa dijumpai kampung atau sekedar warung makan. Terhitung hanya ada satu lokasi warung makan dimana akhirnya menjadi tempat kami rehat sejenak setengah jam. Dari lokasi makan itu, Negeri Sawai masih berjarak satu jam lagi perjalanan. Dan, sejak dari situlah, perjalanan kami melintasi Taman Nasional Manusela.

Taman Nasional Manusela merupakan jantung alam dan kehidupan dari Pulau Seram. Bersarang aneka flora fauna dan bertempat tinggal masyarakat asli Pulau Seram. Hutannya masih perawan dengan pepohonan yang tinggi. Sepanjang Manusela, kami melintasi aneka jalanan di tebing curam dan kelokan tajam yang mendebarkan. Untunglah sedang tidak hujan yang bisa membuat jalanan akan sangat licin dan kadang dijumpai longsoran. Tepat sore mulai bersalin petang, kami akhirnya tiba di Negeri Sawai yang terletak di perbatasan Taman Nasional Manusela.

Aroma durian yang menguar harum menyambut saya di Negeri Sawai. Beruntung saya tiba saat musim durian, yang berarti anugerah besar untuk saya yang pecinta durian. Negeri Sawai terhampar begitu permai dengan rumah-rumah yang merapat pada ceruk bukit tinggi yang menghijau bertepikan lautan tenang. Kami langsung disua dengan sangat ramah oleh Pak Ali, pemilik penginapan Lisar Bahari.

“Kalau sudah datang ke sini, siapapun akan menjadi keluarga saya. Penginapan ini pun kalian anggap saja sebagai rumah sendiri” ungkap Pak Ali

Langsung saja, beberapa buah durian asli Sawai disuguhkan sebagai hidangan awal persaudaraan kami dengan Pak Ali. Dari penginapan yang bertengger di atas laut ini, kami pun menikmati durian Sawai – terkenal kecil-kecil tapi rasanya manis legit dengan  sedikit pahit – sambil melihat ikan dan terumbu karang warna-warni. Suasana permai senja  melingkupi Negeri Sawai yang terletak pada sebuah teluk tenang. Beberapa wisatawan tampak asyik  mandi di laut, memancing ikan atau hanya duduk bersantai menikmati senja di beranda.

Hari menggelap, waktu makan malam telah tiba. Kami pun menyantap hidangan lezat dari istri Pak Ali berupa aneka masakan laut segar dari perairan Sawai. Desfinna ikutan berkumpul. Kawan-kawan dari Wahana Visi Indonesia: Merry, Engel, David, Rina, dkk yang berwisata ke Sawai pun turut berkumpul. Kami pun saling berkenalan dan merencanakan perjalanan bersama esok harinya. Pak Ali memimpin semacam ‘pertemuan’ penuh kekeluargaan dengan kisah-kisahnya yang inspiratif. Suasana sunyi yang melingkupi Sawai malam itu pun sejenak bergemuruh dengan aneka canda tawa dari kami semua.


|| Ikuti kisah selanjutnya dari Telusur Maluku bagian 3 : Tetirah Ceria Pantai Ora

Suasana di dalam kapal Cantika Ekspress.
Mengisi waktu tiga jam dengan membaca buku. Salut. 
Sepetak suasana di Kota Masohi. Kota terbesar di Pulau Seram. 
Menuju Taman Nasional Manusela di jantung Pulau Seram
Membelah rimbunnya Hutan Manusela. Penuh jalanan curam dan tikungan tajam.
Memasuki Negeri Sawai dengan aroma durian. Anak-anak kecil mengangkuti durian yang jatuh dari pohonnya.
Pohon Durian di Negeri Sawai yang sangat tinggi dan berbuah lebat.
Durian Sawai terkenal enak dan legit. Daging tebal dan sedikit pahit. Juara.
Ukuran durian Sawai termasuk kecil. Soal rasa sangat unggul. Saat itu sangat murah, hanya Rp 20.000 tiga biji.
Mengisi sore dengan snorkeling di area Lisar Bahari. Sangat jernih dan kaya ikan dan terumbu karang.  
Warga Sawai mengisi malam dengan menonton televisi. Di kampung, listrik menyala hanya sampai pukul 12.00 malam.  

You Might Also Like

10 komentar

  1. Waw, foto Negeri Sawai-nya indah sekali. Lembayung senjanya spekta banget!
    Saya ikuti tulisannya, ya. Mudah-mudahan berkesempatan ke Maluku juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih kak Indri Juwono @miss_almayra yg sudah mampir ke blog dan ikuti tulisan saya pas ke maluku. salam kenal.. :D
      Siiip kak.. Semoga lekas ke Maluku.. dan, harus mampir ke Sawai.. malah sya jadi akrab dgn Fabio, pemuda setempat yang sgt ingin makin mengembangan wisata di kampungnya.; :D

      Hapus
  2. Hai mas Iqbal, salam kenal.
    Saya mau tanya, untuk naik angkutan umum ke Sawai dari Masohi tepatnya dimana ya untuk menunggunya?
    Minggu depan saya berkunjung ke sana soalnya. Thx

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooo salam kenal Leanny..

      Kalau angkutan umum lebih baik nunggu di depan Pasar Masohi. Dari pelabuhan ke seberang Pasar Masohi pake angkutan umum yg biasanya ngetem di depan pelabuhan..
      Salam

      Selamat liburan...

      Hapus
  3. pohon duriannya menjulang tinggi tapi buahnya kecil, meskipun kecil tapi terbayar dengan rasanya yang enak dan legit..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kecil-kecil durian legit kak. Apapun duriannya mau kecil atau besar tetap saja enak ya.. :D

      Hapus
  4. Masih ada no bang deddy supir transport umum nya menuju sawai?

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba kontak di 082199203171. Semoga masih aktif kak..

      Hapus

Twitter @iqbal_kautsar

Komentar Pembaca

BACA LEBIH BANYAK